Network
WARTA PONTIANAK – Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, mereka mengikuti peristiwa di Tripoli dengan "keprihatinan" setelah bentrokan kekerasan meletus semalam di ibukota Libya, Rabu 18 Mei 2022.
Faksi-faksi bersenjata yang bersaing bentrok setelah perdana menteri yang ditunjuk parlemen Fathi Bashagha mencoba untuk mengambil alih pemerintah, tetapi dipaksa untuk mundur oleh Pemerintah Persatuan Nasional yang dipimpin oleh Abdel Hamid Dabaiba dan dalam menghadapi tentangan dari militer Libya.
Mesir telah menyerukan ketenangan setelah bentrokan, yang terjadi setelah berminggu-minggu terkait perselisihan mengenai jabatan perdana menteri Libya.
"Kami menekankan sekali lagi perlunya menjaga ketenangan di Libya, dan untuk melestarikan kehidupan, properti dan kemampuan rakyat Libya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Hafez.
Dikutip dari Arab News, Mesir mendesak semua pihak Libya untuk menahan diri dan menahan diri dari mengambil langkah apa pun yang akan memicu kekerasan.
Baca Juga: 11 Tentara Mesir Tewas dalam Serangan di Pos Pemeriksaan Sinai
Kementerian Luar Negeri menekankan “dialog yang tak terhindarkan untuk mencapai penyelenggaraan pemilihan presiden dan legislatif di Libya secara bersamaan dan tanpa penundaan.”
Ini memperingatkan tentang “pentingnya dialog jalur konstitusional yang saat ini terjadi di Kairo, dengan cara yang mencapai aspirasi dan harapan rakyat Libya yang bersaudara dalam bergerak menuju masa depan dengan kecepatan yang stabil.”
Menurut laporan Libya, bentrokan meletus di daerah Mansoura dan Souk Al-Thalath, di pusat Tripoli, beberapa jam setelah Bashagha tiba di kota untuk memulai pekerjaan pemerintahannya yang diamanatkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Libya yang ditempatkan di timur Negara Libya. ***
