Serikat Pengajar Prancis Sikapi Tragedi Dipenggalnya Seorang Guru di Paris

- 19 Oktober 2020, 00:11 WIB
Bendera Prancis. /PIXABAY/RGY23
Bendera Prancis. /PIXABAY/RGY23 /WARTA PONTIANAK/

Dalam kesempatan tersebut dikatakannya bahwa ia menilai hal mengerikan itu terjadi pada abad ke-21 di Prancis, kala seorang guru dipenggal kepalanya karena menjalankan pekerjaannya.

“Mengerikan melihat bahwa di Prancis pada abad ke-21, seorang guru dapat dipenggal kepalanya di jalan karena melakukan pekerjaannya,” kata Jean-Remi Girard.

Dikatakannya bahwa pihaknya akan terus berbicara akan kebebasan berbicara guna mendorong semangat kritis pada anak didiknya.

Baca Juga: Nasib Event Olahraga di Kala Pandemi Virus Corona, dari Ditunda hingga Dibatalkan

Baca Juga: Yuk #HolidayFromHome di Forest Lagoon Tiap Hari! [PR]

“Kami akan terus berbicara tentang kebebasan berbicara. Jika ada mata pelajaran yang sulit, kami akan terus mengajar mereka. Kami akan mencoba untuk mendorong semangat kritis siswa kami dan menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk tidak setuju,” ucapnya.

Sementara itu menteri pendidikan Prancis berharap, agar para guru menunjukkan pembangkangan serta solidaritasnya dengan melakukan unjuk rasa di seluruh kota-kota Prancis.

"Sangat penting untuk menunjukkan mobilisasi dan solidaritas kami, kohesi nasional kami," katanya.

Satu unjuk rasa dilaporkan akan berlangsung di Place de la Republique Paris, sebuah situs protes tradisional di mana sekira 1,5 juta orang melajukan unjuk rasa pada tahun 2015 menyusul serangan mematikan di kantor Charle Hebdo oleh kelompok Islam bersenjata.

Hal yang sama juga diharapkan di Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux.***

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x