Peran Perempuan Sambas Menjaga Lingkungan, Sumber Penghidupan, dan Warisan Tradisi

- 31 Januari 2022, 18:40 WIB
Ibu Budiana, Penenun Lunggi dari Sambas
Ibu Budiana, Penenun Lunggi dari Sambas /Gemawan/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK - Bagaimana perempuan menjadi penjaga sejarah tenun berusia 300 tahun untuk melestarikan alam, sumber penghidupan, dan warisan budaya mereka? 

Di Sambas, Kalimantan Barat, hal itu tercatat melalui tenunan bernilai tinggi. Ketika sejarah tidak hanya diabadikan dengan tinta, melainkan dengan sulaman benang.

Untuk menghidupi keluarga, sebagian besar perempuan di Sambas mencari pekerjaan sebagai pekerja migran di luar negeri. 

Baca Juga: Reses ke Singkawang dan Sambas, Cornelis Bagikan Sembako dan Serap Aspirasi Warga

Maklum, Sambas merupakan salah satu kabupaten di Kalbar yang berbatasan darat dengan Malaysia Timur. Keberadaan PLBN Aruk di Kecamatan Sajingan semakin memudahkan keluar-masuk warga ke negeri jiran, bahkan hingga ke Brunei Darussalam. 

Pada tahun 2017, misalnya, jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Sambas sebanyak 871 orang yang terdiri dari 557 orang laki-laki dan 314 orang perempuan (Ramadhani, 2018). 

Mereka memilih menjadi PMI tentu karena sulitnya menjalani kehidupan serta impian agar dapat hidup lebih baik, meski harus meninggalkan anak, keluarga, rumah, dan tanah mereka. 

Untuk yang memilih tetap tinggal di Sambas, khususnya para perempuan, bertarung asa, berupaya mencari alternatif lain sumber penghidupan dari sela-sela tradisi yang tersisa. 

Baca Juga: Dekranasda Sambas Diminta Bina Pengrajin Setempat

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x