Dimulai dengan mengamalkan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, ini akan menciptakan pribadi yang damai.
Di satu sisi, memang agama di Indonesia beragam, namun intinya Tuhan itu tetap satu, hanya penamaan untuk Tuhan itu saja berbeda.
Baca Juga: Polri Imbau Masyarakat Lebih Waspada Penggalangan Dana untuk Aksi Teroris
Ketika sudah meresapi dan mengaplikasikan sila pertama dengan baik, sila ke dua akan mudah diimplementasikan melalui prinsip memanusiakan manusia (sila kedua) walau berbeda agama dan etnis.
“Setelah kita beradab, maka kita bersatu (sila ketiga), kemudian bermusyawarah mufakat, in syaa Allah barulah berkeadilan sosial (sila kelima). Ini yang harus kita bangun, boleh berbeda tapi jangan menyalahkan sehingga kita bisa berdamai semuanya antar ummat beragama,” tegas Ken.
Ken berharap, umat beragama harus sering bertemu dalam kegiatan positif untuk memupuk persatuan dan meminimalisir masuknya radikalisme.
Ken juga yakin, dengan kerapnya kegiatan perkumpulan ini akan tercipta moderasi beragama yang indah. Karena selama ini dia melihat, perkumpulan lintas agama ini masih kurang, jadi perlu ditingkatkan.
Mantan napiter Rosnazizi bercerita dan mengisahkan pengalamannya hingga bisa terpapar paham radikalisme.
Baca Juga: Sebanyak 24 Teroris Kelompok MIT Poso dan ISIS Ditangkap Densus 88
Ketika itu dia hanya belajar satu guru yang melahirkan opini dan aksi menyesatkan. Padahal untuk mendapatkan ilmu yang benar harus banyak guru yang diikuti.