“Kita harus belajar dari sumber yang benar. Jangan hanya satu pintu. Dulu saya juga menganggap pancasila itu bertentangan dengan quran dan sunnah. Tapi hari ini saya mengatakan pancasila sudah sesuai dengan quran dan sunnah,” katanya.
Namun Rosnazizi tetap berpesan agar umat beragama tidak mudah menilai secara negatif umat beragama lainnya dari sisi penampilan.
“Belum tentu penampilan berciri kaum radikal itu, faktanya radikal, bisa sebaliknya. Yang harus diperhatikan, akhlak kita dalam kehidupan bermasyarakat,” tuturnya.
Kakanwi Kemenag Kalbar, Drs. Syahrul Yadi, M.SI menyatakan, hadirnya Ken Setiawan dan Rosnazizi diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat khususnya peserta FGD tentang paham radikal dan moderasi beragama yang menjadi prioritas program nasional.
Baca Juga: Kerap Sebarkan Propaganda ISIS di Medsos, Lima Teroris Dibekuk Densus 88
Menurut Syahrul, potensi persatuan dan perpecahan di Indonesia , Kalbar khususnya sangat kental, maka harus kembali pada kebhinekaan tunggal ika.
“Orang beragama rentan dan sangat mudah tersinggung jika bicara soal agama. Kencang bahkan tidak dipikirkan dari sisi budaya, bahkan nyawa pun siap untuk dikorbankan. Ada kekuatan kiri dan kanan, maka kita harus menguatkan kekuatan tengah, yaitu bermoderasi agama,” jelas Syahrul Yadi.
FGD itu sendiri mengusung tema “Moderasi Beragama dan Pluralisme: Sebuah Alternatif dan Solusi Problem Kebangsaan”. Hadir sebagai peserta dalam kegiatan itu sebanyak 300 orang. Terdiri dari pengelola pondok pesantren, pengurus masjid, penyuluh lintas agama se Kota Pontianak, dan Paguyuban Merah Putih Kota Pontianak.
Selain mantan aktivis radikalisme, mantan teroris, Drs. H. Syharul Yadi M.Si juga turut menjadi pembicara.
FGD ini sebagai sarana penyampaian konsep penguatan internalisasi nilai-nilai moderasi beragama sebagai upaya pencegahan radikalisme guna mendukung semangat toleransi dan kerukunan beragama di Kota Pontianak.