Sejarah Kerajaan Simpang Kayong Utara Diangkat ke Layar Lebar

- 9 November 2020, 15:40 WIB
Gusti Panji bersama para punggawa di Kerajaan Simpang
Gusti Panji bersama para punggawa di Kerajaan Simpang /Warta Kayong/

WARTA PONTIANAK – Film Perang Belangkaet memiliki dua seting yakni masa lalu dan masa kini. Alur ini dilakukan karena waktu dan pembiayaan sehingga harus dibuat seting dua waktu dengan genre semi kolosal guna memperingan adegan.

“Niat kita mau buat Film Perang Belangkaet ini Full Kolosal, dan naskahnya sudah siap. Tetapi tidak untuk saat ini. Namun Insya Allah kita masih berambisi membuat dengan seting kolosal, karena itulah mimpi dalam hidup saya yakni membuat film Kolosal yang berlatar belakang Sejarah. Dan saat ini rejeki kita baru sampai di semi kolosal,” ungkap Miftahul Huda selaku penulis sekaligus pimpinan produksi film.

Dikutip WartaPontianak.com melalui WartaKayong.net, Sutradara Kushariyanto merasa bangga dapat terlibat menjadi bagian dalam penggarapan film semi kolosal pertama di Kalimantan Barat.

Baca Juga: Perang Belangkaet Film Kolosal Pertama di Kalimantan Barat

“Walau banyak tantangan dan rintangan, namun semua ini membuat saya merasa bangga karena dapat mendirect film sejarah yang pertama dalam hidup saya dan pertama di Kalimantan Barat,” tegas Kus bersemangat.

Diceritakan Kushariyanto, dalam produksi film ini banyak sekali yang terlibat diantaranya 76 orang pemain. Dan jumlah ini tidak termasuk crew.

Sebagai Kameramen dan Editor, Eed Juliansyah juga merasa bahwa film sejarah Perang Belangkaet ini meruapakan salah satu karya yang paling sakral dari sekian banyak karya yang saat dirinya pernah menggarap di Pulau Jawa.

Baca Juga: Film Kisah Putri Diana akan Segera Tayang di Bioskop Seluruh Dunia

“ Saya merasa sacral karena ini kampung kelahiran saya. Simana darah saya juga mengalir dari nenek moyang  Kerajaan Simpang. Bahkan, Saya tidak bisa banyak berkata kata, manakala sampai di Makam yang mulia Raja Gusti Panji di Simpang Keramat. Saya merasa malu dengan situasi yang ada, dimana tempat peristirahatan terakhir beliau seperti tidak terawat, dan bangunan yang ada hanya tinggal puing puing saja,“ ujar Eed dengan nada yang sedih sambil tatapannya menerawang jauh ke angkasa.

Halaman:

Editor: Yuniardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x