Industri Kelapa Sawit Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Indone

2 April 2021, 09:39 WIB
Tandan buah segar - TBS kelapa sawit /Brilian Cholif /Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK – Sampai saat ini Asia Tenggara merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Baca Juga: Jangan Lewatkan Tayangan Favorit Anda! Ini Jadwal Lengkap Acara Trans TV, Jumat 2 April 2021

Dikutip Warta Pontianak dari Investor.id, Indonesia memiliki perkebunan sawit yang luasnya lebih dari 9 juta hektar dan Malaysia memiliki perkebunan sawit seluas 6 juta hektar.

Meskipun Malaysia memiliki perkebunan sawit yang lebih kecil dari Indonesia, namun produksi sawit Malaysia mampu mencapai 36 juta  ton per tahun.

Sedangkan Indonesia, dengan luas perkebunan kelapa sawit 9 juta hektar mampu menghasilkan 40 juta ton per tahun.

Peranan kelapa sawit di dunia sangat penting saat ini, dimana minyak nabati yang berasal dari Eropa seperti minyak yang dari bunga matahari mengalami penurunan produksi.

Baca Juga: 10 Momen Ini Pasti Dinanti Saat Bulan Ramadan

Hal tersebut membuat minyak kelapa sawit yang berasal dari Asia akan sangat dibutuhkan setiap negara di dunia untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan lainnya.

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui  peranan kelapa sawit untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

Selain itu, kelapa sawit menunjukkan kontribusinya bagi pemenuhan pangan di dalam negeri bahkan dunia.

Berdasarkan riset Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), perkebunan kelapa sawit mampu membangun daerah miskin dan terbelakang untuk menjadi sentra perekonomian baru.

Dikutip Warta Pontianak dari Infosawit, sentra ekonomi baru ini tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Papua dan Papua Barat.

Baca Juga: Rico Tampenawas, Dulu Artis Figuran Sekarang Punya 2 Hotel di Bali

"Kelapa sawit membantu dunia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang mengatasi persoalan kemiskinan,” ujar Dr.Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI).

Hal ini diungkapkannya dalam Diskusi Webinar Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) yang bertemakan "Peranan Kelapa Sawit Dalam Pengentasan Kemiskinan Dan Mewujudkan Gratieks”, Rabu 31 Maret 2021.

Tungkot mengatakan, tiga jalur industri minyak sawit menolong kemiskinan dunia.

Pertama, jalur produksi melalui sentra perkebunan sawit. Kedua, jalur hilirisasi di negara importir minyak sawit. Ketiga adalah jalur konsumsi minyak sawit.

Setelah era bisnis HPH (Hak Pengusahaan Hutan ) berakhir, muncul kota mati atau kota hantu karena ekonomi tidak bergerak. Imbasnya, masyarakat setempat menjadi miskin.

*Disinilah,  peranan  kebun sawit rakyat  yang merestorasi lahan eks HPH menjadi daerah produktif dan lestari secara lingkungan. Selain itu, perekonomian mulai bergerak dengan hadirnya perkebunan sawit,”jelas Tungkot.

Baca Juga: Lirik Lagu Religi Terbaru ‘Bismillah Cinta’ Ungu feat Lesti Kejora

Dari aspek ekonomi, terjadi nilai transaksi antara masyarakat kebun sawit dengan ekonomi di pedesaan dan perkotaan.

Nilai transaksi masyarakat kebun sawit dengan masyarakat perkotaan sebesar 202,1 triliun rupiah per tahun dan masyarakat kebun sawit dengan ekonomi pedesaan sebesar  59,8 triliun rupiah per tahun.

Pertumbuhan perkebunan sawit di setiap daerah berkontribusi menurunkan kemiskinan.

Kondisi serupa dialami oleh Malaysia, Thailand, Papua Nugini.

"Jadi, dimana ada perkebunan sawit disitu kemiskinan turun karena ada tenaga kerja yang masuk ke sana. Tumbuh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,”ujar Tungkot.

Baca Juga: Ternyata Puasa Bikin Jantung dan Mental Sehat, Kok Bisa? Ini Penjelasannya

Begitu pula di luar negeri, ada kesempatan kerja yang tercipta di industri hilir negara importir sawit.

Penciptaan lapangan kerja mencapai 2,73 juta orang di negara tujuan sawit. Dari sisi income generating sebesar  38 triliun rupiah untuk program hilirisasi minyak sawit di negara importir. 

*Kita (Indonesia) negara eksportir mampu meningkatkan kinerja sawit. Begitu pula di negara importir kesempatan kerja meningkat. Itu terjadi di India meningkat, China dan Uni Eropa," ujarnya.

Baca Juga: Resmi Terbentuk, Biroe Setia Indonesia Siap Lahirkan Atlet dan Gelar Event Profesional di Kalbar

Devisa kelapa sawit tahun 2018 sebesar 240 triliun rupiah. Kelapa sawit mampu menjadi tulang punggung  perekonomian nasional.***

Editor: Faisal Rizal

Tags

Terkini

Terpopuler