Malam Satu Suro, Tradisi Sakral Masyarakat Jawa

- 13 Januari 2021, 20:34 WIB
ilustrasi malam satu suro
ilustrasi malam satu suro /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Apakah kalian pernah mendengar tradisi Satu Suro? Ya, Satu Suro adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Solo (Surakarta). Malam satu Suro dianggap sakral bagi masyarakat Jawa.

Dilansir dari Indonesia Kaya, tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah yang diajarkan dalam Islam.

Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi Jawa dan Islam. Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa.

Baca Juga: 6 Fakta Mengenai Sistem Saraf Manusia

Malam satu Suro sangat lekat dengan budaya Jawa. Iring-iringan rombongan masyarakat atau yang biasa kita sebut kirab menjadi salah satu hal yang bisa kita lihat dalam ritual tradisi ini. Hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta benda pusaka menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.

Di Solo, biasanya dalam perayaan malam satu Suro terdapat hewan khas, yakni kerbau bule. Kerbau bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro. Keikutsertaan kerbau bule ini konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Sementara di Yogyakarta, perayaan malam satu Suro biasanya selalu identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.

Baca Juga: OPPO Reno5 Ludes Terjual Hanya Dalam Waktu 3 Menit

Tradisi malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Indonesia Kaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah