Tanggapi Dina Sulaeman, Fauzi Baadilla: Mendingan Konsultasi Dulu dengan Kedutaan Besar Turki di Indonesia

- 3 April 2021, 10:34 WIB
Fauzi Baadillah tanggapi pernyataan Dina Sulaeman dalam podcast Deddy Corbuzier
Fauzi Baadillah tanggapi pernyataan Dina Sulaeman dalam podcast Deddy Corbuzier /Instagram @fauzibaadilla_/

WARTA PONTIANAK – Aktor Fauzi Baadilla tanggapi pernyataan Dina Sulaeman dalam podcast Deddy Corbuzier yang tayang pada 29 Maret 2021, dimana pada saat itu Dina Sulaeman mengatakan bahwa sebagian sumbangan masyarakat Indonesia untuk Suriah jatuh ke tangan teroris.

Menurut Fauzi Baadila dalam akun instagram miliknya di @fauzibaadilla_ pada 30 Maret 2021, setiap bantuan yang masuk ke Suriah selalu dikawal dan diawasi oleh organisasi kemanusiaan dan pemerintah Turki.

“Untuk menanggapi pernyataan tokoh Syiah Dina Sulaeman jadi gini tiap bantuan yang masuk kepada korban perang di Suriah itu semua harus melalui birokrasi skrining dicek, dipantau, dikawal sama organisasi kemanusiaan di Turki dan juga diawasi ketat oleh pemerintahan Turki. Jadi kalau Anda nuduh bahwa itu dialirkan kepada pihak teroris berarti Anda secara tidak langsung juga menuduh pemerintah Turki mendukung terorisme. Sebelum Anda berbicara mendingan Anda konsultasi dulu sama kedutaan besar Turki yang di Indonesia,” ungkap Fauzi Baadilla.

Baca Juga: Mobil Box J&T Express Ringsek Tabrak Jembatan Maut di Wajok Hulu, Sopir Sempat Terjepit

Dalam kolom keterangan video tersebut juga dituliskan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh Fauzi Baadilla masih dalam kapasitasnya sebagai duta kemanusiaan.

“Pernyataan pribadi saya dalam kapasitas saya sebagai duta kemanusiaan yang pernah membersamai dan mengantar bantuan-bantuan dari masyarakat Indonesia untuk siapapun saudara-saudara kita, baik yang di dalam maupun di luar negeri yang sedang terdampak bencana. Atas tudingan mensupport terorrisme,” tulis Fauzi dalam kolom keterangan videonya.

Baca Juga: Haru! Seorang Ibu Terluka Saat Lindungi Putranya yang Tewas Dalam Serangan Bersenjata

Video ini pun mendapat respon beragam dari warganet.

“Bang @fauzibaadilla__ ayo datangi @mastercorbuzier.. Tuh video fitnah udh di tonton jutaan umat,” tulis akun @ndhen_aza.

 “Dah kebaca tu emak2 SYAH LAKNATULLAH YG SUKA ADU DOMBA OM @fauzibaadilla__ dan kt tunggu Om @mastercorbuzier mengundang narasumber lain yg bisa mengcounter semua fitnah ini, kl ga FIX OM DEDY ADA UDANG DIBALIK BATU!!!,” tambah akun @kem_lubis.

“Nah gmn nie om @mastercorbuzier kuylah ajak om @fauzibaadilla__ di podcast ente jadi gak didengar di satu sisi ajee ye gak bang...” ujar akun @lizky.balkel08.

Baca Juga: Jokowi Minta Pemuda Muhamadiyah Dorong Budaya Kewirausahaan Jadi Strategi Dakwah

Sebelumnya dalam podcast Deddy Corbuzier yang tayang pada 29 Maret 2021, Dina Sulaeman menyampaikan bahwa sebagian sumbangan masyarakat Indonesia untuk Suriah jatuh ke tangan teroris.

“Yang menggalang dana tentu lembaga donasi ya dan mereka tidak mengatakan itu untuk teroris tapi rekam jejaknya kemudian foto-foto yang beredar dan video-video yang beredar itu bisa kita deteksi bahwa sumbangan dari kita dari bangsa Indonesia ini jatuh ke tangan teroris gitu loh,” kata Dina Sulaeman dalam podcast Deddy Corbuzier.

Bahkan Dina Sulaeman mencontohkan kasus Aleppo tahun 2016 dimana diketahui bahwa salah satu dus makanan yang tersimpan di gudang penyimpanan makanan milik organisasi teroris Jaysh Al-Islam bertuliskan Indonesia.

“Aleppo itu 4 tahun dikuasai oleh kelompok-kelompok teroris ini dan mereka mengaku jihad. Nah kemudian 2016 akhirnya berhasil diambil alih oleh tentara pemerintah bekerja sama dengan Rusia. Daerah yang pernah dikuasai ini akhirnya bisa didatangi oleh wartawan, salah satunya euronews yang datang kesebuah daerah dan menemukan bekas sekolah yang diambil alih oleh Jaysh Al-Islam salah satu kelompok teroris. Di sana dijadikan gudang makanan, nah masyarakat Aleppo yang kelaparan ini datang beramai-ramai untuk mengambil makanan disana karena selama ini mereka kelaparan dan para teroris hanya mengumpulkan makanan disini untuk mereka sendiri dan di antara dus yang dibawa itu tertuilis Indonesia,” jelas Dina Sulaeman.

Baca Juga: Jangan Lupa Pakai Parfum, Ini 10 Manfaat yang Bisa Kamu Dapatkan

Dari podcast Deddy Corbuzier bersama Dina Sulaeman juga diketahui bahwa selama ini banyak beredar foto maupun video hoax yang dipakai untuk menarik simpati masyarakat agar mau berdonasi.

“Kalau yang amatiran itu pakai foto, fotonya itu misalnya foto di Palestina misalnya ada anak yang berdarah-darah itu sebenarnya ditembak oleh tentara Israel dikasih caption baru ini ditembak oleh tentara Suriah kayak gitu itu kan amatir banget ya udah ada fotonya terus dipakai atau kemudian jasad-jasad di Irak itu ada banyak sekali jasad dan disebut itu korban senjata masal korban pembantaian senjata kimia oleh Bashar al-Asshad, disebutnya seperti itu padahal itu ternyata jasad orang-orang Irak yang di perangi oleh tentara Amerika Serikat,” kata Dina Sulaeman.

Dina Sulaeman menambahkan bahwa ada foto dan video yang sengaja dibuat untuk mendapatkan donasi.

“Tapi ada jauh yang lebih canggih foto dan video yang sengaja dibuat dan itu sudah level dan itu dananya 23 juta dolar dibiayai oleh Amerika Serikat secara resmi dan kemudian 32 juta pondsterling dibiayai oleh Inggris. Angka tadi keluar dari mulut juru bicara kementerian luar negeri Amerika Serikat dan dari menteri luar negeri Inggris ya jadi ini data primer ya jadi mereka mengaku memberikannya kepada White Helmets,” kata Dina Sulaeman.

Dina Sulaeman juga mengungkapkan bahwa White Helmets merupakan sebuah lembaga relawan kemanusiaan di Suriah yang banyak membuat video-video hoax untuk menceritakan kepada dunia, terutama publik barat bahwa di Suriah sedang terjadi pembantaian besar-besaran terhadap rakyat sipil oleh presiden Suriah, Bashar al-Asshad.

“Untuk publik barat itu adalah mendatangkan simpati besar supaya negara-negara di barat mendukung pemerintah mereka untuk menyerang Suriah, kemudian yang kedua penggalangan dana. Jadi mereka juga menggalang dana secara internasional nah kemudian dampaknya buat Indonesia misalnya itu adalah video-video itu kemudian dipakai untuk menggalang dana juga satu, yang kedua untuk merekrut petempur,” tutur Dina Sulaeman.

Selain dana hasil donasi di Indonesia yang jatuh ketangan teroris, selama ini juga ada indikasi adanya aliran dana dari negara-negara teluk kepada lembaga-lembaga yang ada di Indonesia.

“Memang ada aliran dana dari negara-negara teluk ya kepada lembaga-lembaga di Indonesia yang memliki ideologi-ideologi yang biasanya akan berkembang menjadi kelompok radikal dan terorisme nah tapi kan saya sebagai istilahnya orang luar, saya gak bisa melacak PPATK kan saya bukan orang yang bisa masuk keadalam gitu kan, jadi yang paling bisa saya jawab adalah ada terlihat indikasi-indikasi seperti itu,” katanya.

Menurut Dina Sulaeman, hal pertama yang harus dilakukan untuk menghentikan radikalisme adalah dengan menghentikan aliran dana dari negara-negara teluk kepada kelompok-kelompok radikal dan terorisme yang ada di Indonesia.

“Kalau betul-betul serius ingin menyetop radikalisme di Indonesia, pertama aliran dana harus distop ya, kan kalau gak ada dana mereka gak bisa ngapa-ngapain, gak bisa mencetak buku, gak bisa mengadakan pengajian-pengajian. Bukannya anti pengajian, saya muslim saya melakukan semua yang diperintahkan oleh Allah insayaAllah saya juga naik haji gitu ya tapi kan yang dimaksud kajian-kajian yang bermuatan radikalisme,” ujar Dina Sulaeman.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Instagram @movreview


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah