Grebeg Syawal: Tradisi Unik Penuh Makna

- 11 April 2024, 14:00 WIB
Grebek Syawal.
Grebek Syawal. /Dok. Wonolelo.bantulkab.go.id

WARTA PONTIANAK – Grebeg Syawal, tradisi yang sarat makna dan sarat sejarah, merupakan salah satu momen istimewa dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri di beberapa daerah di Indonesia.

Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun sejak zaman kerajaan Islam di Jawa, dan diprakarsai oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17.

Lebih dari sekadar tradisi, Grebeg Syawal memiliki makna simbolis yang mendalam. Pertama, tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas nikmat iman, Islam, dan kesehatan yang dilimpahkan Allah SWT setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan.

Kedua, Grebeg Syawal merupakan bentuk sedekah dan kepedulian kepada sesama. Gunungan yang dibagikan kepada masyarakat melambangkan kedermawanan dan rasa berbagi raja kepada rakyatnya.

Ketiga, Grebeg Syawal menjadi simbol persatuan dan kesatuan umat Islam. Tradisi ini mempertemukan orang-orang dari berbagai kalangan untuk bersama-sama merayakan kemenangan dan kebahagiaan di hari raya.

Keempat, Grebeg Syawal menjadi momen istimewa untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan tetangga. Tradisi ini mendorong interaksi dan kebersamaan antar masyarakat, memperkuat rasa kekeluargaan dan komunitas.

Rangkaian Acara:

Grebeg Syawal biasanya diawali dengan berbagai persiapan, seperti:

  • Persiapan gunungan: Gunungan yang akan dibagikan kepada masyarakat dipersiapkan dengan seksama. Gunungan ini biasanya berisi berbagai hasil bumi, makanan, dan pernak-pernik lainnya.
  • Persiapan kirab: Kirab atau pawai yang akan memeriahkan Grebeg Syawal dipersiapkan dengan matang. Para abdi dalem keraton dan masyarakat umum berlatih untuk menampilkan pertunjukan terbaik mereka.

Baca Juga: Besok Pemerintah Gelar Sidang Isbat, Diperkirakan 1 Syawal Jatuh Pada 10 April 2024

Pada hari H, Grebeg Syawal biasanya diawali dengan shalat Idul Fitri di pagi hari. Setelah shalat, acara dilanjutkan dengan kirab atau pawai yang membawa gunungan. Kirab ini biasanya diiringi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya, seperti:

  • Tari-tarian tradisional
  • Pencak silat
  • Reog Ponorogo
  • Gamelan

Gunungan kemudian dibagikan kepada masyarakat yang berebut dengan penuh semangat. Tradisi ini diiringi dengan doa dan harapan agar mendapatkan keberkahan dan rezeki di tahun yang akan datang.

Contoh Pelaksanaan:

Grebeg Syawal biasanya dilakukan di beberapa tempat, seperti:

  • Yogyakarta: Keraton Yogyakarta Hadiningrat dan Masjid Agung Yogyakarta.
  • Solo: Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Masjid Agung Surakarta.
  • Cirebon: Keraton Kasepuhan Cirebon dan Masjid Merah Panjunan.

Di Yogyakarta, Grebeg Syawal diawali dengan kirab dari Keraton Yogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Yogyakarta. Kirab ini diikuti oleh para abdi dalem keraton dan masyarakat umum yang membawa gunungan. Setelah kirab, gunungan dibagikan kepada masyarakat di halaman Masjid Agung Yogyakarta.

Baca Juga: PP Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 1445 H pada 10 April 2024, Prediksi Sama dengan Brin dan BMKG

Di Solo, Grebeg Syawal juga diawali dengan kirab dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Surakarta. Kirab ini diiringi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Setelah kirab, gunungan dibagikan kepada masyarakat di halaman Masjid Agung Surakarta.

Di Cirebon, Grebeg Syawal diawali dengan kirab dari Keraton Kasepuhan Cirebon menuju Masjid Merah Panjunan. Kirab ini diiringi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Setelah kirab, gunungan dibagikan kepada masyarakat di halaman Masjid Merah Panjunan.

Grebeg Syawal merupakan tradisi budaya yang unik dan sarat makna. Tradisi ini menjadi bagian penting dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri di beberapa daerah di Indonesia. Selain sebagai bentuk rasa syukur dan sedekah, Grebeg Syawal juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi, persatuan, dan kesatuan antar umat Islam. ***

Editor: Yuniardi

Sumber: Rifqi Al Furqon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah