Serikat Pengajar Prancis Sikapi Tragedi Dipenggalnya Seorang Guru di Paris

19 Oktober 2020, 00:11 WIB
Bendera Prancis. /PIXABAY/RGY23 /WARTA PONTIANAK/

WARTA PONTIANAK - Beberapa hari lalu masyarakat dunia khususnya Prancis dikejutkan dengan tragedi dipenggalnya seorang guru di Prancis.

Tragedi tersebut terjadi selepas mengajar, lantaran guru itu menunjukkan beberapa karikatur kontroversial yang menggambarkan Nabi Muhammad karya Charlie Hebdo dalam kelasnya.

Baca Juga: Yuk #HolidayFromHome di Forest Lagoon Tiap Hari! [PR]

Guru itu memberi materi tersebut di mata pelajaran untuk bahan ajar pada siswanya sebagai bagian dari diskusi kebebasan berbicara.

Baca Juga: Hasil MotoGP Aragon 2020 : Rins Juara, Alex Marquez Tampil Memukau

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian, guru Prancis lainnya yang terkejut atas terjadinya hal tersebut bersumpah untuk terus mendorong semangat kritis siswa mereka.

Perwakilan dari serikat pengajar bertemu dengan menteri pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer, dan perdana menteri Jean Castex pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020 waktu setempat, beberapa jam setelah kematian Samuel Paty, seorang guru mata pelajaran sejarah dan geografi yang menyampaikan materi tentang karikatur Nabi Muhammad tersebut.

Sebelum pertemuan itu, Jean-Remi Girard, presiden dari serikat pengajar sekolah menengah Prancis, mengatakan bahwa atas tragedi yang menimpa Samuel Paty tersebut, dirinya melaporkan bahwa para guru hancur, kendati demikian ia mengatakan bahwa pihaknya tidak akan gentar.

Baca Juga: Fakta Kasus Guru Dipenggal di Prancis, Diserang Usai Mengajar hingga Sempat Diprotes Orangtua Murid

Dalam kesempatan tersebut dikatakannya bahwa ia menilai hal mengerikan itu terjadi pada abad ke-21 di Prancis, kala seorang guru dipenggal kepalanya karena menjalankan pekerjaannya.

“Mengerikan melihat bahwa di Prancis pada abad ke-21, seorang guru dapat dipenggal kepalanya di jalan karena melakukan pekerjaannya,” kata Jean-Remi Girard.

Dikatakannya bahwa pihaknya akan terus berbicara akan kebebasan berbicara guna mendorong semangat kritis pada anak didiknya.

Baca Juga: Nasib Event Olahraga di Kala Pandemi Virus Corona, dari Ditunda hingga Dibatalkan

Baca Juga: Yuk #HolidayFromHome di Forest Lagoon Tiap Hari! [PR]

“Kami akan terus berbicara tentang kebebasan berbicara. Jika ada mata pelajaran yang sulit, kami akan terus mengajar mereka. Kami akan mencoba untuk mendorong semangat kritis siswa kami dan menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk tidak setuju,” ucapnya.

Sementara itu menteri pendidikan Prancis berharap, agar para guru menunjukkan pembangkangan serta solidaritasnya dengan melakukan unjuk rasa di seluruh kota-kota Prancis.

"Sangat penting untuk menunjukkan mobilisasi dan solidaritas kami, kohesi nasional kami," katanya.

Satu unjuk rasa dilaporkan akan berlangsung di Place de la Republique Paris, sebuah situs protes tradisional di mana sekira 1,5 juta orang melajukan unjuk rasa pada tahun 2015 menyusul serangan mematikan di kantor Charle Hebdo oleh kelompok Islam bersenjata.

Hal yang sama juga diharapkan di Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler