Pangkalan China di Laut Natuna Utara Rentan Terhadap Serangan Musuh

- 10 Desember 2020, 06:30 WIB
Sebuah gambar satelit yang disebut CSIS sebagai pangkalan senjata anti-pesawat dan kemungkinan sistem senjata jarak dekat (CIWS) di pulau buatan Hughes Reef di Laut China Selatan.
Sebuah gambar satelit yang disebut CSIS sebagai pangkalan senjata anti-pesawat dan kemungkinan sistem senjata jarak dekat (CIWS) di pulau buatan Hughes Reef di Laut China Selatan. /Gambar Dirilis 13 Desember 2020. / CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/

WARTA PONTIANAK - Selama bertahun-tahun, China telah membangun pulau dan terumbu karang di Laut Natuna Utara (China-Selatan">Laut China Selatan) untuk menjadi pangkalan militer hingga pangkalan pesawat terbang.

Namun, wilayah pangkalan militer tersebut bisa jadi tidak berdaya melawan serangan musuh dan hampir goyah jika terjadi perang. Hal ini tertuang dalam peringatan dari sebuah majalah militer China.

Baca Juga: Kuasai Teknologi, China Bikin Matahari Buatan Generasi Terbaru

"Pangkalan-pangkalan itu terpencil di lautan yang terapung," dan jauh dari wilayah China dan pulau-pulau lain di perairan besar yang dipertanyakan, yang panjangnya sekitar 3,3 juta kilometer persegi," tulis laporan Naval and Merchant Ships, sebuah majalah yang berbasis di Beijing didistribusikan oleh China State Shipbuilding Corporation, sebagaimana diberitakan pikiran-rakyat. com dikutip dari Wionews.

"Pulau-pulau dan terumbu karang di Laut Natuna Utara memiliki keadaan yang sangat menguntungkan dalam melindungi pengaruh publik dan mempertahankan kehadiran militer di lautan luas, namun mereka memiliki kekurangan yang normal terkait dengan perlindungan militer sendiri," tambah laporan majalah itu.

China telah mengubah terumbu dan atol di Kepulauan Spratly yang diperebutkan sejak tahun 2015. Wilayah ini diubah menjadi pulau palsu atau pulau buatan manusia.

Baca Juga: Barack Obama Ditangkap Karena Jadi Mata-mata China? Ini Faktanya

Beijing juga telah membangun lapangan terbang dan kantor militer lainnya serta mengirim perangkat keras, seperti senjata api, pesawat terbang dan kerangka senjata jarak dekat. Laporan ini ditunjukkan oleh lembaga pemikir AS Pusat Studi Strategis dan International (Center for Strategic and International Studies/CSIS).

China mengklaim 90 persen dari Laut Natuna Utara yang berpotensi kaya energi, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam masing-masing juga mengklaim sebagian kawasan itu.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat Wionews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x