Obama sebut Junta Militer Myanmar Rezim Pembunuh dan Beresiko Menjadi Negara Gagal

- 27 April 2021, 10:09 WIB
Mantan Presiden AS Barack Obama.
Mantan Presiden AS Barack Obama. /- Foto : tangkapan layar Instagram @barackobama/

WARTA PONTIANAK - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengaku terkejut dengan adanya kekerasan memilukan yang dilakukan Junta Myanmar terhadap warga sipil setelah merebut kembali kekuasaan dalam kudeta, hal itu dikatakannya pada Senin 26 April 2021.

Baca Juga: Dituding Selingkuh, Istri Bongkar Sifat Kasar Kapten Vincent, Novita: Aku Udah Bilang Ampun-ampun

Dilansir Warta Pontianak dari Reuters, Obama sangat mendukung upaya pemerintahan Biden, dan negara-negara yang berpikiran sama untuk membebankan biaya pada para jenderal Myanmar.

"Upaya militer yang tidak sah dan brutal untuk memaksakan kehendaknya setelah satu dekade kebebasan yang lebih besar, jelas tidak akan pernah diterima oleh rakyat dan tidak boleh diterima oleh dunia yang lebih luas," kata Obama dalam pernyataan yang diposting di Twitter.

Dirinya juga mengatakan bahwa para negara tetangga harus mengakui bahwa rezim pembunuh ditolak oleh rakyat dan itu membuat ketidakstabilan.

"Tetangga Myanmar harus mengakui bahwa rezim pembunuh yang ditolak oleh rakyat hanya akan membawa ketidakstabilan yang lebih besar, krisis kemanusiaan, dan resiko negara gagal," tambah Barack Obama.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini Selasa 27 April 2021: Elsa Tak Berkutik di Depan Papa Surya dan Mama Sarah

Obama mendesak mereka yang berada di Myanmar harus mencari masa depan demokratis untuk terus menjalin solidaritas antar kelompok etnis dan agama.

"Ini adalah masa-masa kelam, tetapi saya tersentuh oleh persatuan, ketangguhan, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh begitu banyak orang Burma, yang menawarkan harapan untuk masa depan yang bisa dimiliki Myanmar melalui para pemimpin yang menghormati keinginan rakyat," katanya. 

Sebuah kelompok pemantau aktivis mengatakan, lebih dari 750 orang telah tewas sejak para jenderal melepaskan kekuatan mematikan terhadap mereka yang memprotes kudeta 1 Februari yang telah mereka lakukan.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x