Setahun Memasuki Perang, Nasib Pasukan Federal Tigray Menjadi Misteri

- 4 November 2021, 14:20 WIB
Kondisi di Tigray di mana konflik berlarut-larut menyebabkan kelaparan yang mengerikan
Kondisi di Tigray di mana konflik berlarut-larut menyebabkan kelaparan yang mengerikan /Foto: Antara/ Reuters/ Mohamed Nureldin Abdallah/

WARTA PONTIANAK - Simon, seorang warga etnis Tigray berusia 24 tahun dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, merasa sangat tidak nyaman pada peringatan pertama perang brutal yang telah menghancurkan wilayah Tigray utara sejak November lalu.

Ayahnya, seorang perwira menengah tentara Ethiopia dengan karir tiga dekade, telah ditahan tanpa tuduhan sejak penangkapannya di Addis Ababa dua minggu setelah pertempuran meletus.

Konflik yang pecah pada November 2020 mengadu tentara Ethiopia dan sekutunya pejuang dari wilayah Amhara dan pasukan Eritrea – melawan pasukan yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), partai yang saat itu memerintah di kawasan itu.

Baca Juga: Taklukan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park, Ajax Lolos Babak 16 Besar Liga Champions

Warga sipil tak bersenjata telah menderita akibat perang, termasuk pembantaian dan pemerkosaan, dengan ratusan ribu orang menghadapi kondisi seperti kelaparan.

Etnis Tigrayan juga telah ditangkap dan ditahan secara sewenang-wenang di kantor polisi, pusat penahanan dan kamp militer di seluruh negeri. Kampanye massal juga membuat etnis Tigrayan dipecat dari pekerjaan mereka di sektor sipil atau keamanan, dengan pihak berwenang juga menutup sejumlah bisnis milik Tigrayan.

Pemerintah telah membantah tuduhan profil etnis tetapi menggambarkan operasinya diperlukan untuk menghilangkan TPLF, yang telah ditetapkan sebagai kelompok "teroris".

Tetapi sementara penderitaan warga sipil Tigrayan yang ditahan di luar wilayah itu telah mendapat perhatian media, tindakan keras terhadap orang-orang di dalam pasukan keamanan Ethiopia – seperti ayah Simon, yang memegang peran non-pejuang – jarang disebutkan.

“Pada hari penangkapannya, mereka menggeledah rumah untuk mencari senjata, yang tidak mereka temukan, sebelum membawanya ke lokasi rahasia,” kata Simon.

Simon dan ibunya harus menjelajahi fasilitas penahanan selama beberapa hari untuk mengetahui keberadaan ayahnya, sebelum sebuah petunjuk dari seorang teman keluarga membawa mereka ke sebuah fasilitas penahanan di pusat kota Addis Ababa.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x