Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa karena kontak langsung pada penderita, maupun bertukar pakai benda yang digunakan sehari-hari oleh penderita.
“Skabies ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi melalui jabat tangan, tidur bersama, kontak kulit ke kulit. Kontak tidak langsung terjadi bila individu yang menderita skabies bertukar benda dengan individu sehat, seperti handuk, pakaian, selimut, bantal dan seprei,” sambungnya.
Penyakit Skabies ini memiliki gejala mulai dari kulit memiliki gelembung air yang didalam nya terdapat air dan dapat menimbulkan gatal, sehingga apabila dilakukan gesekkan di kulit tersebut maka dampaknya akan muncul infeksi.
“Gejalanya kulit tampak vesikel atau gelembung kecil berisi air, terasa gatal terutama pada malam hari. Karena gatal dan digaruk, akhirnya sering terjadi infeksi,” kata Harisson.
Banyak bagian kulit yang rentan untuk terserang penyakit Skabies ini. Mulai dari bagian kulit yang pertama dan paling sering terkena adalah di sela-sela jari tangan, kemudian menyebar ke bagian kulit lain, seperti di siku, bokong, punggung, perut, ketiak, dan kulit disekitar alat kelamin.
Baca Juga: Sudah 6 Bulan Terkena Skabies, Puskesmas Baru Hari ini Datang ke Lokasi
Sementara itu, mengenai pengobatan, Harisson menuturkan cukup menggunakan salep dibagian yang terserang kutu Sarcoptes Scabiei tersebut selama tiga hari. Salep tersedia di Puskemas terdekat.
“Pengobatan dengan menggunakan saleb di seluruh tubuh yang terinfeksi selama 3 hari. Salep yang digunakan tersedia di Puskesmas, dikenal dengan nama salep 2-4, yaitu sulphur presipitatum 4% dan acid salycil 2%,” bebernya.
“Bila sudah terjadi infeksi sekunder karena sering digaruk dan menyebabkan infeksi maka pengobatan nya perlu ditambah dengan salep antibiotik,” lanjut dia.