Kesenian Jadi Jembatan Keragaman Agama Untuk Anak

- 26 Maret 2021, 22:17 WIB
Sejumlah siswa PKBM Cerlang saat memperingati 17 Agustus 2020
Sejumlah siswa PKBM Cerlang saat memperingati 17 Agustus 2020 /Dian Lestari/PKBM Cerlang

WARTA PONTIANAK - Pembahasan seru tentang berbagai pengalaman puluhan guru ketika mengajak anak-anak memahami keragaman di dalam dan luar sekolah, mewarnai jalannya diskusi kelompok para peserta pelatihan online Guru Kebinekaan “Keragaman untuk Masa Depan Anak” sesi 2 pada Jumat 26 Maret 2021.

Umi Tartilawati, guru SDN 40 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, berbagi cerita tentang upaya guru-guru mengajak semua murid membaru meski beda agama. Kegiatan seni bisa menjadi jembatan bagi penganut agama yang berbeda-beda untuk saling mengenal.

“Sekolah kami mayoritas relijius dan dari suku Madura. Guru-guru mengkolaborasikan seni dan relijius, mempersilakan anak-anak yang beragama selain Islam untuk bergabung di kegiatan kesenian tersebut,” katanya.

Baca Juga: PKBM Cerlang Gelar Pelatihan Guru Kebinekaan, Sri : Pendidikan Keragaman Untuk Masa Depan Anak

Selain melalui kesenian, para guru menurut Umi membiasakan anak-anak bersikap saling menghargai. Dia menanamkan kata-kata bahwa sangat penting bersikap baik kepada siapapun.

“Kalau mau pinjam barang, izin terlebih dahulu. Minta tolong pakai bahasa yang baik. Hargai orang lain. Terlepas dari suku dan agama apapun kalian, kita adalah satu keluarga,” tutur Umi lewat rilis yang ditulis Ketua PKBM Cerlang, Dian Lestari.

Penanaman sikap saling menghargai juga diceritakan Lince Kartikosari, guru SDN 03 Pontianak Kota. Dia mengajak anak saling memahami dan menghargai perbedaan gender.

Sementara itu Ellya Khairunisyah, guru TK Mentari Mekar Gemilang, Kubu Raya, mempresentasikan diskusi di kelompoknya bahwa pendidik memanfaatkan momen hari besar nasional untuk memberi pengetahuan serta pemahaman anak tentang keragaman agama di Indonesia. Selain itu anak-anak digali pengetahuannya tentang makanan khas Kalbar.

Sebelum menggali berbagai pernyataan tentang pengalaman mengajar tersebut, Muhammad Mukhlisin, fasilitator dari Yayasan Cahaya Guru, mengajak para guru bermain kertas kosong dan kertas yang sudah ada bercak-bercaknya. 

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x