Ngeri! Peneliti Prediksi Seribu Triliun Tahun Kemudian Matahari akan Mati

- 13 November 2021, 15:23 WIB
Matahari
Matahari /Alexas_fotos/Pixabay/WARTA PONTIANAK

WARTA PONTIANAK  - Dalam waktu triliunan tahun ke depan, menurut penelitian matahari akan mati dan menyusut hingga menjadi katai putih atau white dwarf.

Mengutip Science Alert, peneliti membeberkan bahwa dalam waktu seribu triliun tahun kemudian, matahari akan gelap dan mati.

Perlahan-lahan akan mengeluarkan panas hingga menjadi bongkahan batu yang dingin, sehingg berdasarkan simulasi baru, hanya dibutuhkan 100 miliar tahun bagi planet yang tersisa untuk meluncur melintasi galaksi, meninggalkan Matahari yang sekarat jauh di belakang.

Baca Juga: Oli sering Rembes dari Mesin Sepeda Motor, Dua Persoalan Ini Penyebabnya

Para astronom dan fisikawan telah mencoba memecahkan teka-teki nasib akhir Tata Surya setidaknya selama ratusan tahun setelah Matahari mati.

"Memahami stabilitas dinamis jangka panjang tata surya merupakan salah satu pengejaran astrofisika tertua, menelusuri kembali ke Newton sendiri, yang berspekulasi bahwa interaksi timbal balik antara planet pada akhirnya akan membuat sistem tidak stabil," tulis astronom Jon Zink dari Universitas California, Los Angeles, Konstantin Batygin dari Caltech dan Fred Adams dari University of Michigan dalam makalah baru mereka.

Baca Juga: Begini Empat Sebab Busi Motor Sering Rusak dan Cara Mengatasinya

Tapi prediksi ilmuwan tentang Tata Surya itu lebih rumit dari yang terlihat.  Semakin banyak jumlah benda yang terlibat dalam sistem dinamis, yang berinteraksi satu sama lain, semakin rumit sistem itu tumbuh dan semakin sulit untuk diprediksi. Teori ini disebut masalah atau N-body problem.

Dikarenakan kerumitan ini, tidak mungkin membuat prediksi deterministik atas orbit objek Tata Surya melewati rentang waktu tertentu.

Namun, jika mengetahui apa yang terjadi pada Tata Surya akan memberi tahun ilmuwan tentang bagaimana alam semesta bisa berevolusi pada skala waktu yang jauh lebih lama dari usianya saat ini yaitu 13,8 miliar tahun.

Di tahun 1999,  para astronom meramalkan bahwa Tata Surya perlahan-lahan akan runtuh selama setidaknya satu miliar miliar, atau satu triliun tahun.

Mereka menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk resonansi orbital dari planet Jupiter dan Saturnus untuk memisahkan Uranus.

Baca Juga: Hanya Bermodal Smartphone Saja, Ini Trik Hasilkan Foto Malam Hari Terbaik untuk Pemula

Menurut tim ilmuwan dalam makalahnya, perhitungan ini meninggalkan beberapa pengaruh penting yang dapat mengganggu Tata Surya lebih cepat.

Ilmuwan membagikan dua prediksi simulasi tentang kehancuran Tata Surya sebagai berikut:

1. Matahari

Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun , saat mati, Matahari akan membengkak menjadi bola raksasa merah yang akan menelan Merkurius, Venus , dan Bumi. Kemudian Matahari akan mengeluarkan hampir setengah massanya.

Hilangnya massa Matahari ini akan melonggarkan cengkeraman gravitasi di planet-planet yang tersisa, seperti Mars dan planet gas raksasa es seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

2. Saat Tata Surya mengorbit pusat galaksi, bintang-bintang lain seharusnya berada cukup dekat untuk mengganggu orbit planet, sekitar sekali setiap 23 juta tahun.***

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah