Kostum Penari yang Penuh Warna:
Para penari Kuda Lumping biasanya mengenakan pakaian adat Jawa yang cerah dan sedap dipandang. Misalnya, di daerah Yogyakarta dan Kediri, penari Kuda Lumping biasanya mengenakan pakaian adat Jawa Tengah yang didominasi warna cokelat tanah dan hijau. Sedangkan di daerah Banyuwangi, penari Kuda Lumping justru memakai udeng (topi) berwarna merah dan rompi penuh hiasan sebagai ciri khas daerah Osing.
Baca Juga: Memahami Akulturasi: Sebuah Perpaduan Budaya yang Dinamis dan Kompleks
Gaya Tari yang Energik dan Beragam:
Pertunjukan Kuda Lumping dipenuhi dengan gerakan tari yang energik dan dinamis, namun gaya gerakannya bisa berbeda-beda tergantung pada daerah. Di Yogyakarta, gerakan Kuda Lumping cenderung lebih tenang dan fokus pada penceritaannya.
Sementara di daerah Ponorogo, gerakan Kuda Lumping lebih akrobatik dan atraktif, dengan para penari yang berjingkrak-jingkrak, berputar, bahkan tiduran di atas kuda lumping sambil tetap mengikuti alunan musik pengiring.
Musik Pengiring yang Semarak:
Irama musik memegang peranan penting dalam memeriahkan suasana Kuda Lumping. Alat musik yang biasa digunakan sebagai pengiring Kuda Lumping antara lain gamelan, angklung, kendang, dan beberapa daerah bahkan ada yang menggunakan reog (sejenis gambang). Alunan musik yang energik dan penuh semangat ini semakin membuat para penari bersemangat menari.
Baca Juga: Bupati Kapuas Hulu Apresiasi Panglima Jilah Yang Konsentrasi dengan Adat dan Budaya
Ritual Kuda Lumping yang Unik: