Sejauh Kumelangkah, Film Inklusif Yang Bisa Dinikmati Penyandang Disabilitas

- 17 November 2020, 18:37 WIB
Ilustrasi film.
Ilustrasi film. /Pixabay/geralt

WARTA PONTIANAK – Walau terkendala karena pandemi, film dokumenter Sejauh Kumelangkah atau yang dalam bahasa Inggris berjudul “How Far I’ll Go” karya sutradara Ucu Agustin, kini kembali melanjutkan distribusinya di tengah kasus pelanggaran hak cipta yang sedang terjadi dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, TVRI, dand UseeTV (Telkom).

Film Peraih Piala Citra 2019 untuk kategori dokumenter pendek terbaik ini, dirilis September 2019 di Indonesia Forum Film New York, Amerika Serikat.

Sempat berkeliling di beberapa festival film internasional serta telah melakukan pemutaran publik baik di Indonesia maupun USA, distribusi film ini terhadang wabah Covid pada Maret 2020. Bekerjasama dengan Minikino (Minikino.org), kali ini film “Sejauh Kumelangkah” yang bercerita tentang persahabatan dua remaja tunanetra di dua negara—Indonesia dan Amerika Serikat, akan meluncurkan versi baru yang dilengkapi dengan audio description, atau biasa disingkat AD, dan closed caption, atau biasa disingkat sebagai CC.

Baca Juga: Gempa M6,3 Kepulauan Mentawai Memiliki Mekanisme Strike Slip Fault

Audio description adalah versi yang dipersembahkan untuk penonton tunanetra. Dengan AD, kesempatan dan akses bagi para tunanetra untuk menikmati film, terbuka dan setara dengan para penonton lainnya yang bisa melihat.

Pengalaman menonton bersama antara para penonton tunanetra dan mereka yang melihat ini, diharapkan menjadi kesempatan unik dan bisa membuka diskusi baru dalam memberi makna yang lebih mendalam tentang semangat inklusif dan hak-hak difabel yang dikampanyekan dalam film.

”Meluncurkan film-film versi AD ini mulai kami lakukan tahun 2020 ini. Sejauh Kumelangkah adalah film Indonesia keenam yang kami garap versi AD-nya. Lima film pendek Indonesia sebelumnya juga sudah tampil di festival internasional Minikino Film Week bulan September lalu. Aktivasi ini kami lakukan untuk mempertegas inklusivitas dalam distribusi film di Indonesia,” ujar Edo Wulia dari Minikino sebagai koordinator versi AD dalam keterangan tertulis yang diterima Warta Pontianak, Selasa 17 November 2020.

”Semoga ini bisa menginspirasi produksi film lainnya di Indonesia, karena komunitas difabel adalah kelompok konsumen yang belum terlalu diperhatikan dalam gerak industri film di Indonesia,” imbuhnya.

Ucu Agustin dengan semangat menambahkan bahwa ia sangat senang bertemu dengan mitra seperti Minikino yang menghargai para penonton dan penikmat film, tak terkecuali mereka yang datang dari komunitas disabilitas. 

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah