Ahli Konservasi Ingatkan Masker yang Dibuang ke Laut Butuh 450 Tahun Agar Terurai

12 Desember 2020, 05:30 WIB
Diperkirakan 1,56 miliar masker bedah sekali pakai akan memasuki lautan pada tahun 2020, menurut laporan terbaru dari OceansAsia /OceansAsia via SCMP/

WARTA PONTIANAK - Mengenakan masker memangs sudah menjadi bagian dari rutinitas kita sehari-hari sebagai salah satu langkah preventif yang dilakukan untuk membantu mencegah penyebaran virus corona.

Meski baik untuk kesehatan, masker ternyata berdampak buruk lingkungan, terutama di lautan.

Organisasi konservasi laut OceansAsia yang berbasis di Hong Kong mengatakan masker bedah sekali pakai menimbulkan ancaman lingkungan yang sangat besar. Mereka memperkirakan 1,56 miliar masker akan memasuki lautan pada tahun 2020.

Baca Juga: Manjakan Fans KPop, Shopee Boyong Stray Kids dan GOT7 Tampil dalam TV Show Shopee 12.12 Birthday

Dalam sebuah laporan yang dirilis minggu ini, OceansAsia mengatakan bahwa masker yang dibuang akan menghasilkan tambahan 4.680 hingga 6.240 metrik ton polusi plastik laut.

Laporan bertajuk "Masks on the Beach: The Impact of Covid-19 on Marine Plastic Pollution", menyebutkan bahwa masker akan membutuhkan waktu hingga 450 tahun agar terurai, dan berdampak negatif pada satwa laut serta ekosistem laut, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari SCMP.

Laporan tersebut menggunakan perkiraan produksi global 52 miliar masker yang dibuat pada tahun 2020, tingkat kerugian konservatif tiga persen, dan berat rata-rata tiga hingga empat gram untuk masker wajah bedah polipropilen sekali pakai untuk mencapai perkiraan tersebut.

"1,56 miliar masker wajah yang kemungkinan akan memasuki lautan kita pada tahun 2020 menjadi puncak gunung es," kata Teale Phelps Bondaroff selaku direktur penelitian untuk OceansAsia, dan penulis utama laporan tersebut.

"4.680 hingga 6.240 metrik ton masker hanyalah sebagian kecil dari perkiraan delapan hingga 12 juta metrik ton plastik yang memasuki lautan kita setiap tahun," ujarnya menambahkan.

Gary Stokes selaku direktur operasi OceansAsia mengatakan konsumsi plastik telah meningkat secara signifikan dikarenakan pandemi Covid-19.

Dia menjelaskan sejumlah tindakan yang dirancang untuk mengurangi konsumsi plastik, seperti larangan kantong plastik sekali pakai, telah ditunda, dijeda, atau digulung kembali.

Stokes mengatakan polusi plastik membunuh sekitar 100.000 mamalia laut dan penyu, lebih dari satu juta burung laut, lebih banyak ikan, invertebrata, dan hewan lainnya setiap tahun.

"Ini juga berdampak negatif pada perikanan dan industri pariwisata, dan merugikan ekonomi global sekitar 13 miliar dolar AS setahun," kata Stokes.

Polusi plastik juga mengganggu kesehatan manusia yang terurai menjadi potongan-potongan yang semakin kecil, yang disebut mikroplastik.

Jika hewan laut menelan mikroplastik ini, maka akan menghalangi saluran pencernaan, tersangkut di tenggorokan menyebabkan mati lemas, atau terisi dalam perut yang mengakibatkan kekurangan gizi, kelaparan dan berpotensi kematian.

Rantai mikrosplastik dari ikan bisa sampai ke manusia yang memakan ikan tersebut.

Komponen utama masker sekali pakai adalah polipropilen, yaitu plastik yang berasal dari bahan bakar fosil, dan masker tersebut tidak dapat didaur ulang.

Baca Juga: Mau Liburan? Cek Harga Tiket DAMRI di sini

"Karena masker wajah sekali pakai, termasuk masker N95 dan masker bedah, terbuat dari berbagai jenis bahan komposit, dan logam yang sulit dipisahkan, masker ini tidak cocok untuk didaur ulang atau dibuang di tempat sampah untuk menghindari kontaminasi bahan daur ulang lainnya," kata Wong Kam-sing, selaku sekretaris Hong Kong pada Mei 2020 lalu.

OceansAsia meminta orang-orang untuk beralih ke masker yang dapat digunakan kembali dan juga meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan guna mendorong penggunaannya.***

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler