Gary Stokes selaku direktur operasi OceansAsia mengatakan konsumsi plastik telah meningkat secara signifikan dikarenakan pandemi Covid-19.
Dia menjelaskan sejumlah tindakan yang dirancang untuk mengurangi konsumsi plastik, seperti larangan kantong plastik sekali pakai, telah ditunda, dijeda, atau digulung kembali.
Stokes mengatakan polusi plastik membunuh sekitar 100.000 mamalia laut dan penyu, lebih dari satu juta burung laut, lebih banyak ikan, invertebrata, dan hewan lainnya setiap tahun.
"Ini juga berdampak negatif pada perikanan dan industri pariwisata, dan merugikan ekonomi global sekitar 13 miliar dolar AS setahun," kata Stokes.
Polusi plastik juga mengganggu kesehatan manusia yang terurai menjadi potongan-potongan yang semakin kecil, yang disebut mikroplastik.
Jika hewan laut menelan mikroplastik ini, maka akan menghalangi saluran pencernaan, tersangkut di tenggorokan menyebabkan mati lemas, atau terisi dalam perut yang mengakibatkan kekurangan gizi, kelaparan dan berpotensi kematian.
Rantai mikrosplastik dari ikan bisa sampai ke manusia yang memakan ikan tersebut.
Komponen utama masker sekali pakai adalah polipropilen, yaitu plastik yang berasal dari bahan bakar fosil, dan masker tersebut tidak dapat didaur ulang.
Baca Juga: Mau Liburan? Cek Harga Tiket DAMRI di sini
"Karena masker wajah sekali pakai, termasuk masker N95 dan masker bedah, terbuat dari berbagai jenis bahan komposit, dan logam yang sulit dipisahkan, masker ini tidak cocok untuk didaur ulang atau dibuang di tempat sampah untuk menghindari kontaminasi bahan daur ulang lainnya," kata Wong Kam-sing, selaku sekretaris Hong Kong pada Mei 2020 lalu.