Di Tengah Pandemi, PBB Serukan Pembangunan Tamah Planet

- 15 Desember 2020, 14:38 WIB
Aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg menghadiri jumpa pers saat KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol. Greta hadir untuk mendorong langkah nyata dalam mengatasi pemanasan global.
Aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg menghadiri jumpa pers saat KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol. Greta hadir untuk mendorong langkah nyata dalam mengatasi pemanasan global. /ANTARA FOTO/REUTERS/Juan Medina/foc./

WARTA PONTIANAK - Di bawah tekanan besar Covid-19, perubahan iklim dan kerusakan alam, lampu peringatan untuk planet dan masyarakat "menyala merah" - dan sekarang adalah waktu yang tepat memilih jalan lebih aman dan adil untuk pembangunan manusia, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa 15 Desember 2020.

"Kita berada pada momen yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia dan dalam sejarah planet kita," katanya dalam sebuah laporan, mendesak upaya pemerintah, bisnis, dan warga negara untuk mengejar jenis kemajuan baru yang melindungi lingkungan.

"Pandemi Covid-19 adalah konsekuensi mengerikan terbaru dari ketidakseimbangan yang sangat besar," kata Laporan Pembangunan Manusia 2020, seraya menambahkan bahwa bencana kesehatan datang di atas krisis pemanasan global yang sudah ada sebelumnya, hilangnya spesies, dan ketidaksetaraan.

Sebagaimana diberitakan wartapontianak.pikiran-rakyat.com dikutip dari Antara, laporan tersebut, yang untuk pertama kalinya menggunakan indeks global baru yang memperhitungkan indikator lingkungan, menyimpulkan bahwa belum ada negara yang mampu mencapai tingkat pembangunan yang sangat tinggi tanpa membebani sumber daya alam.

"Banyak negara telah mencapai banyak kemajuan tetapi mereka juga telah melakukannya dengan mengorbankan kerusakan besar pada planet ini," kata Achim Steiner, kepala Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), yang menghasilkan laporan tersebut.

Baca Juga: PBB Desak Seluruh Negara Deklarasikan Darurat Iklim

Selama tiga dekade terakhir, Indeks Pembangunan Manusia telah memberi peringkat negara setiap tahun menurut kesehatan, pendidikan dan standar hidup.

Tapi tahun ini, versi baru ini menggunakan dua elemen tambahan: emisi karbon dioksida per kapita suatu negara dan jejak material, yang mengukur jumlah bahan seperti bahan bakar fosil dan logam yang digunakan untuk membuat barang dan jasa yang dikonsumsinya.

Hasilnya melukiskan "penilaian yang kurang indah tetapi lebih jelas tentang kemajuan manusia", kata UNDP.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: Reuters ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah