Paus Fransiskus: Saya akan Berlutut di Jalan Myanmar Meminta Hentikan Kekerasan

- 18 Maret 2021, 19:47 WIB
Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus Meminta Kekerasan di Myanmar Dihentikan. / Reuters
Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus Meminta Kekerasan di Myanmar Dihentikan. / Reuters /

WARTA PONTIANAK - Paus Fransiskus memohon untuk diakhirinya pertumpahan darah di Myanmar, dan berkata dirinya akan berlutut di jalan-jalan Myanmar dan berkata hentikan kekerasan.

Permintaan itu disampaikan Paus di akhir audiensi mingguannya pada Rabu, yang dilangsungkan secara virtual dari perpustakaan Vatikan karena pembatasan COVID-19.

"Sekali lagi dan dengan penuh kesedihan saya merasakan urgensi untuk berbicara tentang situasi dramatis di Myanmar, di mana banyak orang, kebanyakan dari mereka yang masih muda, kehilangan nyawa mereka untuk memberi harapan kepada negara mereka," kata Paus Fransiskus, dilansir dari ANTARA, Kamis 18 Maret 2021.

Baca Juga: Kudeta Militer Myanmar, Inggris Jatuhkan Sanksi Tambahan

Sejak kudeta dilancarkan militer Myanmar terhadap pemerintahan sipil pada 1 Februari 2021, lebih dari 180 pengunjuk rasa dilaporkan tewas ketika pasukan keamanan mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi di seluruh negeri.

"Bahkan saya (akan) berlutut di jalan-jalan Myanmar dan berkata 'hentikan kekerasan'. Saya (akan) membuka tangan saya dan berkata 'biarkan dialog menang'," tutur paus, dalam kalimat yang menggambarkan apa yang telah dilakukan para pengunjuk rasa.

Paus Fransiskus mungkin merujuk pada video dan foto seorang biarawati Katolik yang memohon sambil berlutut agar pasukan keamanan tidak menembaki para pengunjuk rasa minggu lalu di kota Myitkyina, Myanmar. Dokumentasi itu kemudian menjadi viral di internet.

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Tak Henti Berdemonstrasi Akibat Kudeta Militer Myanmar

Biarawati itu, Suster Ann Rose Nu Tawng, kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah memberi tahu polisi untuk mengampuni anak-anak dan menembaknya sebagai gantinya.

Ada kurang dari 800.000 umat Katolik Roma di Myanmar, negara yang mayoritas beragama Buddha.

Paus Fransiskus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, menegaskan bahwa "darah tidak menyelesaikan apapun" dan "dialog harus menang".

Pemimpin umat Katolik Roma Myanmar Charles Maung Bo juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah