Pasca Tandatangani Perjanjian Damai, Armenia Justru Dihantam Krisis Baru

- 17 November 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi bendera Armenia. /
Ilustrasi bendera Armenia. / /Pixabay/Chickenonline /

WARTA PONTIANAK - Krisis baru mengguncang Armenia, beberapa saat setelah Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan menandatangani perjanjian untuk mengakhiri konflik di Nagorno-Karabakh.

Dukacita dan frustrasi ditumpahkan ke jalan-jalan ibu kota Yerevan menyusul pengumuman perjanjian tersebut pada Selasa dini hari, 10 November 2020 lalu.

Kesepakatan damai mengakhiri konflik Nagorno-Karabakh itu memberikan keuntungan konsesi teritorial bagi Azerbaijan.

Sebagaimana diberitakan oleh Pikiran-Rakyat.com dalam artikel Tandatangani Perjanjian Damai Nagorono-Karabakh, Armenia Justru Dihantam Krisis Baru yang dikutip dari laman Aljazeera, perjanjian tersebut juga membuat penjaga perdamaian Rusia berada di daerah konflik, setidaknya untuk lima tahun ke depan.

Para demonstran dilaporkan menyerbu gedung dan kantor-kantor pemerintahan, kemudian keesokan harinya protes diselenggarakan oleh partai-partai oposisi Armenia.

Dalam aksi protes yang juga dihadiri oleh tokoh masyarakat kenamaan di Armenia, mereka menuntut PM Nikol Pashinyan untuk mundur dari jabatannya.

Baca Juga: Edi: Selama Vaksin Belum Ditemukan, Covid-19 Tidak Berakhir

Dimulai dari Teater Opera, massa meneriakkan 'Nikol pengkhianat!' lalu mereka menuju gedung parlemen untuk menyerukan pemakzulan Pashinyan.

Untuk mengendalikan keadaan, pemerintah Armenia menurunkan anggota polisi anti huru-hara dan beberapa demonstran pun ditangkap.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah