Penyakit Kulit Skabies Diderita Puluhan Warga di Pontianak, Apa Itu? Ini Penjelasan Harisson

- 17 Februari 2021, 21:08 WIB
Salah satu anak yang terserang Skabies di Gang Pisang Berangan, Kota Pontianak
Salah satu anak yang terserang Skabies di Gang Pisang Berangan, Kota Pontianak /Yapi Ramadhan/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK - Skabies adalah salah satu jenis penyakit kulit yang dialami 84 orang warga di Jalan Apel, Gang Pisang Berangan, Kecamatan Pontianak Barat. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson menjelaskan penyebab seseorang bisa terjangkit skabies.

“Penyakit kulit yang diderita oleh warga di salah satu daerah di Kota Pontianak dikenal dengan nama Skabies, atau dikenal sebagai kudis, merupakan penyakit kulit yang sangat gatal, disebabkan oleh parasit atau tungau Sarcoptes scabiei,” terang Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson, Rabu, 17 Februari 2021.

Cukup seram, tungau Sarcoptes Scabiei ini bersarang dibawah kulit manusia. Dengan ukuran 0,5 milimeter bisa membuahi hingga 50 telurnya dalam waktu kurang lebih 5 hari.

Baca Juga: 84 Warga Derita Skabies, Kadinkes Kalbar: Cukup Salep dan Bersihkan Lingkungan, Tak Perlu Karantina Wilayah

“Parasit sarcoptes scabiei ini bersarang dibawah kulit manusia.  Parasit ini berukuran 0,5 mm. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum kulit dengan kecepatan 2-3 mm sehari sambil meletakkan 2-4 butir telur sehari, hingga mencapai jumlah 40 hingga 50 telur. Telur-telur ini akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva,” jelas Harisson.

Harisson menuturkan, jika seseorang terkena Skabies akan menderita gatal yang berlebihan. Gatal yang berlebihan merupakan efek dari gangguan tungau Sarcoptes Scabiei.

“Rasa gatal yang dialami oleh penderita dikarenakan sensitisasi tubuh terhadap produk tungau ini seperti telur, kotoran, liur, atau produk cairan lainnya yang ditinggalkan dibawah kulit penderita,” ujarnya.

Baca Juga: 1 Balita dan Puluhan Anak-anak Jadi Penderita Penyakit Kulit Skabies di Pontianak

Disampaikannya, penyakit Skabies merupakan penyakit menular yang pada umumnya menyerang sekelompok orang. Misalnya pada perkampungan padat penduduk atau penghuni asrama.

Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa karena kontak langsung pada penderita, maupun bertukar pakai benda yang digunakan sehari-hari oleh penderita.

“Skabies ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi melalui jabat tangan, tidur bersama, kontak kulit ke kulit.  Kontak tidak langsung terjadi bila individu yang menderita skabies bertukar benda dengan individu sehat, seperti handuk, pakaian, selimut, bantal dan seprei,” sambungnya.

Baca Juga: 84 Orang Jadi Penderita Skabies di Kota Pontianak, Harisson: Kasus Penyakit Kulit Ini Sering Terjadi di Kalbar

Penyakit Skabies ini memiliki gejala mulai dari kulit memiliki gelembung air yang didalam nya terdapat air dan dapat menimbulkan gatal, sehingga apabila dilakukan gesekkan di kulit tersebut maka dampaknya akan muncul infeksi.

“Gejalanya kulit tampak vesikel atau gelembung kecil berisi air, terasa gatal  terutama pada malam hari. Karena gatal dan digaruk, akhirnya sering terjadi infeksi,” kata Harisson.

Banyak bagian kulit yang rentan untuk terserang penyakit Skabies ini. Mulai dari bagian kulit yang pertama dan paling sering terkena adalah di sela-sela jari tangan, kemudian menyebar ke bagian kulit lain, seperti di siku, bokong, punggung, perut, ketiak, dan kulit disekitar alat kelamin.

Baca Juga: Sudah 6 Bulan Terkena Skabies, Puskesmas Baru Hari ini Datang ke Lokasi  

Sementara itu, mengenai pengobatan, Harisson menuturkan cukup menggunakan salep dibagian yang terserang kutu Sarcoptes Scabiei tersebut selama tiga hari. Salep tersedia di Puskemas terdekat.

“Pengobatan dengan menggunakan saleb di seluruh tubuh yang terinfeksi selama 3 hari. Salep yang digunakan tersedia di Puskesmas, dikenal dengan nama salep 2-4, yaitu sulphur presipitatum 4% dan acid salycil 2%,” bebernya.

“Bila sudah terjadi infeksi sekunder karena sering digaruk dan menyebabkan infeksi maka pengobatan nya perlu ditambah dengan salep antibiotik,” lanjut dia.

Baca Juga: Puluhan Warga Jalan Apel Pontianak Terjangkit Penyakit Skabies

Menjaga kebersihan lingkungan rumah juga merupakan bagian penting agar cepat sembuh atau terhindar dari penyakit kulit yang menyerang puluhan anak-anak di Gang Pisang Berangan ini.

“Selain penggunaan salep, lingkungan rumah agar juga dijaga selalu bersih. 

Perabotan rumah sebaiknya dibersihkan atau dijemur, misalnnya kasur, bantal, kursi (sofa), karpet dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4 jam, karena tungau yang lepas dari tubuh manusia yang menempel di perabot rumah atau di bahan-bahan kain akan mati karena panas matahari,” tambah Harisson.

Baca Juga: Dianggap Tak Mampu Tangani Covid-19, Harisson: Saya Minta Kadinkes Kayong Utara Ajukan Pengunduran Diri

Selain itu harus dilakukan pembersihan segala macam bentuk alat ataupun benda yang kita gunakan sehari-hari di dalam rumah dengan rutin.

“Lakukan pembersihan dan penjemuran perabot seperti kasur, bantal, karpet atau permadani di rumah secara berkala. Yang penting kuncinya adalah melaksanakan pola hidup bersih dan sehat,” tutupnya. ***

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah