Tertimbun Longsor, Penambang Emas Tradisional di Gunung Mas Tewas

- 15 November 2020, 19:00 WIB
Ilustrasi - Penambang emas tradisional di Kalimantan Tengah meninggal dunia akibat tertimbun longsor. /
Ilustrasi - Penambang emas tradisional di Kalimantan Tengah meninggal dunia akibat tertimbun longsor. / /Pixabay/@gtaranu/

WARTA PONTIANAK – Empat penambang emas tradisional di Kalimantan Tengah meninggal dunia akibat tertimbun longsor.

Keempat orang tersebut merupakan penambang emas di Desa Sarerangan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Selain mengakibatkan empat orang meninggal dunia, tanah longsor juga mengakibatkan seorang penambang mengalami luka-luka.

Hal itu dikonfirmasi Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) AKBP Rudi Asriman melalui Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tewah Iptu Nanang Mauludi pada hari Minggu, 15 November 2020.

Baca Juga: Gagal Nyalib, Satu Unit Mobil Masuk ke Tengah Sawah di Purbalingga

“Yang meninggal dunia adalah Doni (22) dan Karlie (19), keduanya warga Desa Tanggirang, Kecamatan Kapuas, Hulu, Kabupaten Kapuas, serta Minarti (50) dan Yupita (21), keduanya warga Sarerangan,” tuturnya, sebagaimana diberitakan oleh pikiran-rakyat. com dalam artikel Penambang Emas Tradisional di Gunung Mas Meninggal Dunia Tertimbun Longsor yang dikutip dari Antara.

“Sedangkan yang mengalami luka adalah Sidi (55), warga Sarerangan,” ucap Nanang Mauludi menambahkan.

Peristiwa tersebut terjadi di daerah Sungai Kalewan pada Sabtu, 14 November 2020 sekitar pukul 13.00 WIB.

Saat itu, Doni tertimpa tanah longsor dan seluruh tubuhnya tertimbun tanah. Melihat hal tersebut, Sidi, Karlie, Minarti, dan Yupita bergegeas untuk menolongnya.

Kemudian terjadi longsor susulan saat keempatnya sedang menolong Doni, sehingga menyebabkan kelima pekerja tersebut tertimbun tanah.

Dari kelima pekerja, Sidi berhasil menyelematkan diri ke luar dari timbunan tanah, dan bergegas menuju permukiman warga Sarerangan guna mencari pertolongan.

Baca Juga: Dua Orang Pengendara Motor Tewas Tertimpa Pohon Tiumbang di Bandung

Sekitar pukul 14.00 WIB, warga langsung berangkat menuju lokasi kejadian dan langsung menolong dengan alat seadanya.

Akhirnya sekitar pukul 15.00 WIB, empat korban tersebut berhasil dievakuasi, namun sudah meninggal dunia.

“Jenazah mereka kemudian dibawa ke rumah masing-masing keluarga di Sarerangan,” ujar Nanang Mauludi.

Dia mengatakan bahwa informasi tersebut baru disampaikan oleh Kepala Desa Sarerangan Dinur kepada anggota piket jaga Polsek Tewah melalui sambungan telepon pada Sabtu, 14 November 2020 malam, sekitar pukul 20.00 WIB.

Saat itu, di wilayah Kecamatan Tewah sedang mengalami hujan, sehingga tidak memungkinkan bagi anggota kepolisian untuk langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

Terlebih, TKP hanya dapat ditempuh menggunakan kelotok, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar empat kilometer dari pinggir Sungai Kahayan.***

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah