Indonesia Kalah dari Malaysia Soal Pembinaan Pemain, Ini Penyebabnya

- 16 Desember 2020, 06:00 WIB
Sejumlah peserta mengikuti kompetisi juggling di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (5/12/2020). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bekerja sama dengan PSSI menggelar kegiatan sosialisasi ÒYouth Fun Juggling CompetitionÓ yang diikuti 11.520 pesepak bola yunior dari Sekolah Sepak Bola (SSB) berusia 12-16 tahun, di enam Provinsi atau 36 Kabupaten/Kota untuk mengampanyekan Piala Dunia U-20 Solo.
Sejumlah peserta mengikuti kompetisi juggling di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (5/12/2020). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bekerja sama dengan PSSI menggelar kegiatan sosialisasi ÒYouth Fun Juggling CompetitionÓ yang diikuti 11.520 pesepak bola yunior dari Sekolah Sepak Bola (SSB) berusia 12-16 tahun, di enam Provinsi atau 36 Kabupaten/Kota untuk mengampanyekan Piala Dunia U-20 Solo. /ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc/aa./


WARTA PONTIANAK - Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Raden Isnanta menilai Indonesia tertinggal dari tetangga serumpunnya, Malaysia, soal pembinaan sepak bola berjenjang.

Raden Isnanta dalam webinar yang dipantau dari Jakarta, Selasa 15 Desember 2020 sebagaimana diberitakan wartapontianak.pikiran-rakyat.com dikutip dari Antara, mengatakan proses pembinaan di Malaysia terukur dan sudah dimulai dari tingkatan usia U-13 hingga U-18. Sementara Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Indonesia dimulai sejak usia 16-18 tahun.

"Kita ingin kembangkan diklat-diklat di 34 provinsi, yang sudah ada baru diklat umur SMA, ini yang namanya berjenjang belum jalan, harusnya minimal usia 13 tahun. Malaysia udah nyontek kita saat punya PPLP Ragunan, Sekarang Malaysia punya PPLP usia 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 tahun," kata dia.

Baca Juga: Eduwisata Smart Greenhouse, Cara PLN dan Kementan Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Menurut Raden Isnanta, dengan dimilikinya diklat di berbagai usia maka Malaysia menjadi salah satu negara yang siap berkompetisi. Di samping itu, federasi Malaysia sudah memiliki turnamen di berbagai tingkatan usia yang berjalan secara teratur.

Sementara di Indonesia, kata dia, meski memiliki SSB di akar rumput atau yang dikelola masyarakat, namun tak semuanya bisa terurus dengan baik. Lantas bagaimana dengan akademi? Tak semua klub Liga Indonesia memilikinya.

"Kenapa kok enggak melakukan seperti Malaysia atau Thailand? Ongkos, kita belum punya budget," kata dia.

Maka ke depan, Kemenpora menargetkan untuk membangun PPLP yang tersebar di seluruh penjuru negeri, tentunya dengan kolaborasi dengan kementerian lain. Tujuannya, PPLP bisa menyentuh bakat-bakat di daerah sebab potensinya merata.

"Witan itu dari Palu. Dulu ada coach (Rahma) Darmawan dari Lampung. Putu Gede, Bali. Aples dari Papua. Ada dari Jawa Tengah, Kurniawan. Egy dari Medan. Indonesia itu unggul semua kalau sepak bola," katanya.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah