WARTA PONTIANAK – Bullying, perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang untuk menyakiti orang lain secara fisik, verbal, atau emosional, bukanlah kenakalan masa kecil yang bisa dianggap enteng.
Dampaknya bisa sangat serius dan meninggalkan luka dalam diri korban, bahkan hingga beranjak dewasa. Mari kita telusuri lebih dalam bahaya bullying dan pentingnya untuk dicegah.
Dampak Langsung dan Tak Langsung dari Bullying
Selain dampak emosional dan mental berupa depresi, kecemasan, hilangnya rasa percaya diri, dan trauma psikologis yang sudah disebutkan sebelumnya, bullying juga bisa menimbulkan masalah yang lebih luas:
Gangguan Psikosomatis: Stress berat akibat bullying bisa bermanifestasi menjadi gangguan psikosomatis, yaitu gangguan kesehatan fisik yang erat kaitannya dengan faktor mental. Korban mungkin akan mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, bahkan hingga penurunan daya tahan tubuh.
Self-Injury dan Pikiran untuk Bunuh Diri: Bullying bisa membuat korbannya merasa terisolasi dan tidak berdaya. Dalam upaya untuk mengelola rasa sakit emosional, korban mungkin melukai diri sendiri (self-injury) atau muncul pikiran untuk bunuh diri sebagai jalan keluar. Ini adalah kondisi yang sangat serius dan membutuhkan intervensi segera dari pihak profesional dan orang terdekat.
Baca Juga: Lindungi Kekerasan Anak dan Bullying, Dinsos P3AKB Lakukan Hal Ini
Masalah Hukum: Bullying yang melibatkan kekerasan fisik atau perundungan online yang berlanjut ke penyebaran konten negatif bisa berujung pada masalah hukum. Korban memiliki hak untuk melindungi dirinya dan bisa menuntut pelaku bullying sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Bullying Tidak Hanya Mempengaruhi Korban
Dampak bullying tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga bisa meluas dan mempengaruhi pihak lain:
Pelaku Bullying: Perilaku bullying bisa menjadi pola yang sulit dilepaskan. Pelaku bullying berisiko mengembangkan kepribadian antisosial dan berperilaku agresif hingga dewasa. Mereka juga berpotensi mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan positif dengan orang lain.
Saksi Bullying: Saksi bullying yang tidak mengambil tindakan untuk mencegah atau melaporkan peristiwa tersebut juga bisa mengalami dampak psikologis negatif. Mereka mungkin merasa takut menjadi korban selanjutnya atau merasa bersalah karena tidak melakukan apa-apa untuk membantu.
Baca Juga: Kapolsek Pontianak Barat Berikan Sosialisasi Anti-Bullying dan Pencegahan Kriminalisasi di SMPN 13
Menciptakan Lingkungan yang Bebas Bullying
Bullying bukanlah hal yang tak terhindarkan. Dengan kepedulian dan langkah pencegahan yang tepat, kita bisa bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan saling menghargai:
Peran Keluarga: Orangtua memiliki peran penting dalam mencegah anak mereka menjadi korban atau pelaku bullying. Orangtua perlu menanamkan nilai-nilai anti-bullying sejak dini dan membuka jalur komunikasi yang aman agar anak bisa bercerita apabila mengalami atau menyaksikan bullying.
Peran Sekolah: Sekolah wajib menerapkan kebijakan anti-bullying yang tegas dan konsisten. Selain itu, perlu dibentuk suasana sekolah yang inklusif yang menghargai perbedaan dan menyediakan saluran bagi siswa untuk melaporkan peristiwa bullying.
Peran Masyarakat: Masyarakat dapat mendukung kampanye anti-bullying dan memulai gerakan untuk menyadarkan pentingnya toleransi dan kepedulian terhadap sesama. Dengan tidak membiarkan bullying terjadi di sekitar kita, kita contributive dalam mewujudkan lingkungan hidup yang aman dan nyaman bagi semua orang.
Baca Juga: Bullying, Perilaku Tidak Terpuji Merusak Mental, Berikut Sederet Dampak Buruknya
Bullying adalah isu serius yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Dengan mengenali bahaya bullying dan berusaha secara aktif untuk mencegah serta menggentikan aktivitas perundungan yang ada di lingkungkan sekitar. ***