Hati-hati! Salah Pilih Makanan Bisa Berdampak pada Kekuatan Generasi Islam

- 19 Oktober 2023, 16:47 WIB
Ilustrasi seorang anak sedang makan
Ilustrasi seorang anak sedang makan /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Surat An-Nisa ayat 9 dalam Alquran telah secara tegas memerintahkan umat Islam membangun generasi yang sehat dan kuat. Tak hanya dari aspek fisik, upaya membangun membangun generasi sehat dan kuat juga ditekankan lewat aspek makanan yang halal dan tayyib. Alquran memerintahkannya melalui Surat Abasa ayat 24.

Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, konsep halalan-thayyiban berfungsi sebagai satu kesatuan. Halal adalah aspek legal (hukum), sedangkan tayyib adalah aspek kualitatif.

Baca Juga: Cerita Sejarah Umat Islam Melaksanakan Salat Jumat, Dianggap Hari yang Dimuliakan

“Karena itu maka dimensi legal ini juga harus kita penuhi. Tetapi Islam mengajarkan tidak sekadar dimensi legalnya, tapi juga kandungannya yang dalam Islam digunakan lafaz ‘thayyib’, yang dalam konteks halalan-thayyiban itu bisa kita terjemahkan halal and healthy, halal dan sehat,” jelasnya pada peluncuran program Bergizi Sehat Berkemajuan Generasi Muhammadiyah di Hotel Santika Bekasi.

Sebagai aspek legal, konsep halal pada makanan menurut Mu’ti menyangkut empat hal yakni dzat (kandungan), proses pengolahannya, cara mendapatkannya (tidak boleh korupsi/mencuri), dan cara mengonsumsinya (tidak boleh melampaui batas/israf).

Agar upaya membangun generasi yang sehat dan kuat berhasil, Mu’ti menganggap umat Islam perlu membangun kesadaran terhadap aspek makanan yang halal dan tayyib. Termasuk mengubah gaya hidup dan budaya kuliner yang dimiliki. Umat Islam, dia anjurkan memilah makanan yang bernutrisi supaya dapat bertumbuh kembang dengan baik.

“Gaya hidup itu mempengaruhi kesehatan. Oleh karena itu dalam konteks yang bersifat teologis dan kultural, kita perlu membangun budaya makan yang bergizi,” pesannya.

Jenis makanan sendiri menurut Mu’ti terbagi menjadi empat, yakni 1) enak dan bergizi, 2) tidak enak namun bergizi, 3) enak namun tidak bergizi, dan 4) tidak bergizi dan tidak enak. Dia menyarankan agar makanan jenis nomor 1 dan 2 diutamakan untuk dikonsumsi.

Di samping itu, Mu’ti juga berpesan agar pengetahuan tentang gizi diperdalam pada aspek pengolahan makanan supaya gizi yang terkandung tidak terbuang.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: MUI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah