Israel Batasi Aktivitas Warga Palestina Sejak 2007

- 26 November 2020, 22:30 WIB
Puluhan anak Palestina di desa Khirbet Humsa, Tepi Barat, menjadi tunawisma usai tempat tinggalnya diratakan dengan tanah oleh tentara Israel. /
Puluhan anak Palestina di desa Khirbet Humsa, Tepi Barat, menjadi tunawisma usai tempat tinggalnya diratakan dengan tanah oleh tentara Israel. / /PIXABAY/Hosny Salah. /

WARTA PONTIANAK - Menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada lebih satu juta orang Palestina yang hidup di bawah kemiskinan di Jalur Gaza.

Hal ini membuat PBB menyerukan untu menghentikan pengepungan wilayah oleh Israel yang menyebabkan runtuhnya ekonom di Gaza dan tingkat kemiskinan berada di 56 persen.

Koordinator Bantuan untuk Rakyat Palestina UNCTAD, Mahmoud Elkhafif menyebutkan, situasi makin para jika blokade yang dilakukan Israel terus berlanjut.

“Blokade tidak adil di mana dua juta warga Palestina ditahan di dalam Gaza harus segera dicabut. Mereka harus diizinkan untuk bergerak bebas, berbisnis, berdagang dengan dunia luar dan berhubungan kembali dengan keluarga mereka di luar Strip," ungkap Elkhafif.

Sebagaimana diberitakan pikiran-rakyat.com dalam artikel Aktivitas Warga Palestina Dibatasi Israel Sejak 2007, Sebabkan Kemiskinan hingga 56 Persen yang dilansir dari Al-Jaeera, sejak Juni 2007, orang-orang Gaza telah dikurung di daerahnya yang seluas 365 kilometer persegi dan harus tunduk pada embargo darat, udara dan laut.

Selain itu, masuknya barang ke wilayah tersebut dikurangi seminimal mungkin, sementara perdagangan luar negeri dan ekspor telah dihentikan.

Selain itu, penduduk di Gaza pun tidak memiliki akses air bersih yang banyak, kurangnya pasokan listrik hingga sistem pembuangan limbah yang tidak layak.

Baca Juga: 14 Orang Tewas saat Dua Ledakan Bom di Kota Bamiyan Afghanistan

“Kecuali warga Palestina di Jalur Gaza mendapatkan akses ke dunia luar, sulit untuk melihat apa pun kecuali keterbelakangan menjadi nasib masyarakat Gaza Palestina,” kata direktur Divisi Globalisasi dan Strategi Pembangunan di UNCTAD, Richard Kozul-Wright.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x