Tak Terima Kapalnya Ditangkap, Iran Minta Penjelasan dari Indonesia

- 26 Januari 2021, 17:13 WIB
Ilustrasi kapal tanker, Indonesia menyita kapal dari Iran dan Panama yang memasuki wilayah perairannya.*
Ilustrasi kapal tanker, Indonesia menyita kapal dari Iran dan Panama yang memasuki wilayah perairannya.* /Pexels/Tom Fisk

WARTA PONTIANAK - Penangkapan dua kapal tanker, masing-masing berbendera Iran dan Panama, di perairan Indonesia berbuntut panjang. Hari ini, Pemerintah Iran meminta Indonesia menjelaskan alasan penyitaan kapalnya.

Otoritas Indonesia pada Minggu 24 Januari 2021, menangkap kapal berbendera Iran MT Horse dan kapal Panama MT Freya atas dugaan transfer bahan bakar minyak ilegal di perairan Pontianak, Kalimantan Barat.

Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa penyitaan itu karena masalah teknis dan itu terjadi di bidang perkapalan.

Baca Juga: Kapal Mitra Jaya XIX Hilang Kontak usai di Tabrak KM Tanto di Perairan Gresik

"Organisasi Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari penyebab masalah ini dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi, Senin 25 Januari 2021, dilansir Antara.

Sementara itu, Juru Bicara Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Wisnu Pramandita mengatakan kapal tanker itu akan dikawal ke Pulau Batam di Provinsi Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut.

Wisnu mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa kapal-kapal itu "tertangkap tangan" sedang memindahkan minyak dari MT Horse ke MT Freya, dan bahwa ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima.

Baca Juga: Kapal Kemanusiaan Minang Dermawan akan Dilayarkan Bantu Korban Gempa Sulbar

Dia menambahkan bahwa 61 awak kapal adalah warga negara Iran dan China dan telah ditahan.

Kedua kapal tanker, masing-masing mampu membawa 2 juta barel minyak, terakhir terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura, berdasarkan data pengiriman di Refinitiv Eikon.

Data itu menunjukkan bahwa kapal MT Horse, milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak sementara MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Periksa 6 Penumpang Kapal Motor Asal Kayong Utara

Ketika diminta untuk mengomentari kapal tanker yang disita itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan kepada wartawan bahwa kapal itu membawa minyak dan masalah ini sedang ditindaklanjuti oleh Iran.

Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan perangkat sinyal atau transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa.

Namun, transponder sering kali dimatikan untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.

Baca Juga: Kapal Nelayan Sering Kecelakaan di Laut, Pemerintah Diminta Tingkatkan Pengawasan

"Kapal tanker, pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 waktu setempat (2130 GMT pada 23 Januari) menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis, dan tidak menanggapi panggilan radio," kata Wisnu dalam sebuah pernyataan, Minggu.

Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan China menemukan bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. Beberapa panggilan yang dilakukan ke kantor tidak dijawab.

Iran telah dituduh menyembunyikan tujuan penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah Teheran yang berusaha untuk melawan sanksi Amerika Serikat.

Baca Juga: (Eksklusif) Namanya Ada di Manifest Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Paulus Kollo: Saya Naik Kapal

Iran mengirim kapal MT Horse ke Venezuela tahun lalu untuk mengirimkan 2,1 juta barel kondensat Iran.

Sementara selama beberapa bulan terakhir, MT Freya telah mengirimkan dua kargo minyak mentah dengan total sekitar 4 juta barel ke pelabuhan Qingdao di pantai timur China dan pelabuhan Yingkou timur laut, kata Emma Li, analis minyak mentah senior di Refinitiv.

Kargo Qingdao dinyatakan sebagai minyak mentah Zakum Atas yang diproduksi di Uni Emirat Arab, kata Li, yang melacak pengiriman minyak mentah tujuan China.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x