'Perang Belangkaet' Film Kolosal Pertama di Kalimantan Barat

- 9 November 2020, 15:24 WIB
Barak di Negeri Simpang dalam film Perang Belangkaet
Barak di Negeri Simpang dalam film Perang Belangkaet /Warta Kayong/

Baca Juga: Meghan Markle Ikut Pemilu AS, Kerajaan Inggris Marah Besar

“Lebih Baik Mati daripada Harus Membayar Belasting dengan Belanda” salah satu  semboyan Ki Anjang Samad yang hingga kini masih terngiang ngiang dalam ingatan masyarakat negeri Simpang.

Bahkan ada satu kalimat yang biasa dijadikan patokan untuk melangkah (bepergian) bagi masyarakat Simpang  yakni “Melangkah mati, tidak melangkah pun juga mati“.

Hanya dengan kalimat itu, banyak masyarakat di negeri Simpang yang masih yakin apabila dengan kata kata itu, mampu mensugesti atau memberikan semangat supaya lebih mantap dan yakin dalam segala urusan.

Gusti Muhammad Hukma sebagai Raja Simpang saat ini menyatakan, film Perang Belangkaet memang sudah lama dinanti masyarakat Simpang dan Kalimantan Barat pada umumnya.

“Kita sudah menunggu lama film ini. Lembaga Simpang Mandiri sebagai  motor penggerak telah merencanakan film ini sejak tahun 2015 lalu, namun baru tahun 2020 bisa tergarap,” tuturnya.

Baca Juga: Jelang 10 November, Jokowi akan Anugerahi Gelar Pahlawan Nasional ke Enam Tokoh

Apalagi film ini syarat akan makna dan nilai-nilai serta kearifan lokal yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Terima kasih buat semua yang ikut menyukseskan film ini, semoga dengan film ini dapat kembali mengangkat marwah, harkat dan martabat negeri Simpang seperti masa dahulu,” harapnya.

Sementara Raden Jamrudin sebagai Budayawan tanah Simpang yang juga ikut berperan dalam film tersebut mengatakan, rasa kebhinekaan sejak zaman dahulu sebenarnya sudah tertanam. Hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam Perang Belangkaet, tokoh Suku Dayak bersama Pasukan Melayu di negeri Simpang bersatu untuk memerangi Kolonial Belanda.

Halaman:

Editor: Yuniardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah