Kepada Warta Pontianak, Valensia bercerita, bukan hanya ancaman akan diperkosa, tidak mendapat jatah libur pun dialami. Bahkan, pernah suatu kali ia sakit infeksi kantong kemih dan temperatur badan sudah tinggi karena demam, tapi tetap dipaksa bekerja.
“Saya minta offday (libur), karena demam. Kalau begitu gaji dipotong kata bos saya. Atau kalau mau pulang harus cari pengganti dari Indoensia, tapikan orang Indonesia tidak boleh masuk (lockdown, red),” ujar Valensia.
Baca Juga: Kisah Pahit Heri, Pemuda Pinyuh yang Terjebak Menjadi Operator Judi di Malaysia
Demam semakin tinggi, akhirnya ia memutuskan untuk berobat. Tapi bukan di rumah sakit, melainkan di klinik terdekat. Pasalnya, ia tidak punya uang dan waktu keluar juga dibatasi oleh majikan.
Karena sudah tidak tahan dan takut ancaman pemerkosaan itu terjadi, akhirnya pada 16 November 2020 kemarin, ia bersama sembilan orang rekan senasibnya merencakan aksi pelarian.
Aksi pelarian sudah direncanakan secara matang dengan bantuan Sekretaris SBMI Kabupaten Mempawah.
Dari tempat kerja, Valensia bersama dengan Heri yang tak lain adalah pacarnya. Mereka berdua berangkat menggunakan mobil yang disewa sebelum waktu pergantian shift dan langsung menuju KJRI Kuching.
“Kami kabur ramai-ramai. Kan ada yang lain juga yang kerjanya sama. Ada di City Mall, di Moyan. Kalau kami di Batu Tujuh,” tutupnya.
Sebelum melarikan diri, ia menulis pesan di selembar kertas untuk membeli makanan dan ditempelkannya di dinding kamar tempatnya bekerja.