BMKG Tetapkan 3 Wilayah Berstatus Siaga Bencana Hidrometeorologi

19 Oktober 2020, 00:21 WIB
Ilustrasi BMKG /bmkg.go.id/WARTA PONTIANAK

WARTA PONTIANAK - Tiga wilayah diperingati Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati untuk tetap waspada.

Hal itu terkait adaya potensi bahaya hidrometeorologi seperti hujan lebat.

Baca Juga: Explore Hijaunya Eco Village di Rainbow Springs Condovillas [PR]

Tak hanya itu, peringatan bencana dini seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang bisa saja sewaktu-waktu terjadi.

Baca Juga: Analisis Hubungan Fadli Zon dengan Prabowo, Bamsoet Ungkap Kondisi Sesungguhnya

Ada pun ketiga provinsi tersebut yakni Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-Cirebon.com dalam artikel "Intensitas Curah Hujan Tinggi Selama Oktober, Tiga Daerah Indonesia Patut Waspada Efek La Nina", Raditya mengimbau siapa saja yang harus meningkatkan kesiapsiagaan.

"BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang," kata Raditya dalam keterangan tertulisnya, Minggu 18 Oktober 2020.

Baca Juga: Kunjungan Prabowo Subianto ke AS Tuai Kecaman Kelompok HAM, Pejabat Pentagon Justru Beri Pujian

Berdasarkan informasi potensi dampak hujan lebat, lanjutnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, tiga provinsi tersebut dengan status siaga. Prakiraan tersebut berlaku pada analisis cuaca pada 18 Oktober 2020, pukul 08.00 WIB, sampai dengan 19 Oktober 2020, pukul 07.00 WIB.

Sedangkan pada status waspada, BMKG merilis provinsi dengan status tersebut, yakni Aceh, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua.

Pada bulan ini, beberapa wilayah Indonesia memasuki musim hujan. Wilayah tersebut antara lain pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa tengah, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: Dinikahi Taqy Malik, Sharel Thalib Dipinang dengan Mahar Cincin Berlian dan Emas 48 Gram

Baca Juga: Explore Hijaunya Eco Village di Rainbow Springs Condovillas [PR]

Pemerintah daerah dan setiap pihak patut waspada mengingat fenomena La Nina yang terjadi di wilayah nusantara. Salah satu dampak yang dipicu oleh fenomena ini yaitu peningkatan curah hujan yang berujung pada bencana hidrometeorologi.

BMKG menganalisis berdasarkan catatan historis menunjukkan La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.

Namun dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. BMKG merilis, pada Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera.

Kemudian, pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.

Berdasarkan informasi dari BMKG Pusat, puncak fenomena La Nina diprediksikan terjadi pada Januari hingga Februari 2021, tetapi curah hujan tinggi sudah dimulai dari Oktober 2020 sehingga perlu waspada terhadap dampak dari yang ditimbulkan.

Curah hujan yang tinggi sangat berpeluang terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Pada Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan, di antaranya peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina.***(Aliyah/Pikiranrakyat-Cirebon.com)

Editor: Y. Dody Luber Anton

Terkini

Terpopuler