Diguyur Hujan, Ratusan Rumah di Ciamis Direndam Banjir

28 Oktober 2020, 14:20 WIB
Anggota BPBD Kabupaten Ciamis memantau banjir di wilayah Banjaranyar, Selasa, 27 Oktober 2020 /Pikiran-rakyat.com/Nurhandoko Wiyoso/

WARTA PONTIANAK - Meskipun saat libur panjang hingga akhir Bulan Oktober 2020., namun seluruh camat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, diminta tidak meninggalkan wilayah kerja

Hujan yang belakangan ini lebih sering mengguyur tatar galuh, berpotensi munculnya bencana.

Hal ini menyusul ratusan rumah di wilayah Kecamatan Banjaranyar dan Banjarssri, Kabupaten Ciamis terendam banjir akibat meluapnya tiga aliran sungai.

Baca Juga: Demi Rp1 Juta, Suami di Madura Rela Tawarkan Tubuh Istrinya di Medsos

Berdasar indeks peta kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Ciamis berada di peringkat 16 dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan di Provinsi Jawa barat, berada di posisi 5.

“Saya minta seluruh camat, terutama yang wilayahnya rentan bencana tidak meninggalkan tempat selama libur panjang. Dengan demikian, setiap saat apabila dibutuhkan dapat langsung mengambil tindakan,” tutur Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, usai memimpin Apel Sinergitas Penanggulangan Bencana, Selasa, 27 Oktober 2020, di halaman pendopo Ciamis.

Dalam situasi seperti saat ini, lanjutnya para camat dituntut lebih meningkatkan kewaspadaan. Termasuk mempersiapkan langkah antisipasi dengan melakukan pengurangan risiko bencana.

Baca Juga: Fiim Pendek NU My Flag-Merah Putih vs Radikalisme, Tengku Zulkarnain : Film Sampah!

“Bencana longsor, banjir dan lainnya dapat terjadi kapan saja, sehingga dibutuhkan kesiapsiagaan,” ujarnya.

Berdasar indek peta kebencanaan BNPB tahun 2020, Kabupaten Ciamis berada di posisi 16 dari 494 kabupaten di Indonesia, dan urutan 5 dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Dengan demikian, kabupaten Ciamis termasuk daerah dengan kerawanan tinggi.

Dari seluruh kecamatan, terdapat beberapa wilayah rawan longsor dan banjir, di antaranya Kecamatan Banjaranyar, Banjarsari, Pamarican, Lakbok dan Purwadadi. Sedangkan untuk pergerakan tanah di antaranya Kecamatan Tambaksari, Panjalu, Panumbangan dan Cihaurbeuti.

“Potensi bencana di Ciamis, mulai dari banjir dan longsor, seperti yang terjadi saat ini terjadi, tanah bergerak, puting beliung dan lainnya. Kondisi ini memang harus harus dihadapi. Salah satunya adalah mengedepankan deteksi dini,” jelasnya.

Untuk itu, tambahnya, masyarakat harus dapat lebih mengenali potensi bahaya yang ada di sekitarnya. Dengan demikian dapat mengambil persiapan atau langkah apabila terjadi berncana. Selain itu bersama dengan seluruh potensi yang ada di wilayah lebih meningkatkan deteksi dini.

“Masyarakat harus diberi pemahaman menyangkut kondisi serta ancaman yang ada di sekitarnya. Saling mengingatkan serta meningkatkan kewaspadaan. Deteksi dini sangat dibutuhkan, sehingga jika ada bencana diharapkan tidak ada korban jiwa,” ujar Herdiat.

 

Menyinggung soal perlengkapan Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Herdiat mengatakan jumlah dan jenisnya masih harus ditambah. Selain kuantitas, lanjutnya juga kualitasnya ditambah.

“Secara umum peralatan sudah ada, akan tetapi masih kurang. Oleh karenanya perlu ditambah, tidak hanya soal kuantitas saja namun juga kualitas,” katanya.***

Editor: Yuniardi

Tags

Terkini

Terpopuler