Buntut Pernyataan Macron, Ribuan Massa akan Geruduk Kedubes Perancis di Jakarta

- 30 Oktober 2020, 20:40 WIB
Ilustrasi massa aksi dari FPI, GNPF Ulama, dan PA 212.
Ilustrasi massa aksi dari FPI, GNPF Ulama, dan PA 212. //Galamedia/

Menurutnya, jika kita harus berintegrasi dengan idealisme Prancis yang menganut paham sekularisme ekstrem, hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

"Bukan hanya umat Islam yang keberatan, umat Kristen, umat Yahudi juga keberatan untuk menjadi sekularisme ekstrem seperti Prancis".

"Maka kaum sekuler juga harus mau berdialog, bukan hanya kaum beragama saja. Nah ini sesuatu yang harus kita pikirkan dengan kontemplasi yang dalam dan dengan dialog yang benar," tuturnya.

Terkait rencana aksi unjukrasa di Jakarta, Gus Yahya mengatakan bahwa Indonesia harus hati-hati dengan orang-orang yang memperalat agama dan memperalat itu ini untuk kepentingan politik eksklusif.

"Untuk menggalang dukungan politik untuk dirinya sendiri, atau bahkan untuk memicu kekerasan, untuk menghancurkan lawan politiknya. Kita jangan sampai terlibat," katanya.

Baca Juga: Megawati Kritik Kaum Milenial, Demokrat: Hati-hati Menilai Pemuda

Mengenai penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW melalui karikatur, menurut Gus Yahya, pernyataan Macron itu jelas membuat semua orang Islam di seluruh dunia tersinggung.

Bahkan, menurutnya, bukan hanya Nabi Muhammad SAW saja yang dihina dan dilecehkan oleh kelompok ekstremis yang ada di Prancis selama ini.

"Yesus dilecehkan, Musa dilecehkan, semua agama dilecehkan oleh mereka. Ini bukan hanya soal kebebasan berbicara, ini soal penghargaan kepada orang lain untuk berkeyakinan," katanya.

Karena itu, pihaknya menuntut semua orang untuk bisa saling menghormati hak untuk memilih keyakinan dalam beragama.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: IsuBogor (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x