Mantan Polisi Jadi Teroris dan Kini Alih Profesi Menjadi Ustaz, Ini Kisahnya!

6 April 2021, 16:11 WIB
Tangkapan layar Ustaz Sofyan Tsauri di podcast Deddy Corbuzier /Youtube Deddy Corbuzier/

WARTA PONTIANAK - Ustaz Sofyan Tsauri, menceritakan pengalamannya saat menjadi teroris di Podcast Deddy Corbuzier yang tayang pada, Senin 6 April 2021.

Sebelum menjadi seorang teroris, Ustaz Sofyan Tsauri adalah seorang polisi yang sudah bertugas selama 13 tahun. Menurut ustaz Sofyan Tsauri ideologi dan paham teroris sangat masif dan bisa menyasar kepada siapa saja tidak memandang status sosial dan umur.

“Ada beberapa bahkan hasil temuan itu ada pak Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa ada 3 persen di TNI yang mulai terpapar paham-paham intoleran dan radikalis, lalu di kepolisian BIN menemukan ada 2 persen gitu bahkan 1 dari 10 orang ASN kita sudah terpapar, mahasiswa jauh lebih banyak lagi,” kata Ustaz Sofyan Tsauri.

Baca Juga: Arie Untung: Aksi Teroris yang Terjadi di Indonesia Tidak Ada Hubunganya dengan Agama

Ustaz Sofyan Tsauri mengatakan, intoleran dan radikal adalah tangga menuju terorisme. Seorang teroris sudah pasti intoleran dan radikal akan tetapi seorang radikal dan intoleran belum bisa dikatakan sebagai teroris namun sering kalin hal tersebut menjadi cikal bakal terorisme.

“Semua para pelaku itu memang dimulai dari berkarir di intoleran dan radikalisme makanya ini penting buat kita bagaimana menumbuhkan sikap toleransi dahulu karena jika tidak dia bisa meninggkat,” ujar Ustaz Sofyan Tsauri.

Saat menjadi seorang teroris, Ustaz Sofyan Tsauri bertugas sebagai pemasok senjata, melatih pemuda-pemuda yang ada di Aceh dan sebagai pencuci otak.

Baca Juga: Ketua MUI Bahas Isi Surat Teroris tentang Mengikuti Nabi dan Riba Bunga Bank

Akibat tindakannya tersebut, Ustaz Sofyan Tsauri sempat ditahan di Lapas Cipinang dengan vonis 10 tahun dan bebas di tahun ke 6 karena mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat.

Menurut Ustaz Sofyan Tsauri, untuk bisa mencuci otak seseorang, dirinya hanya butuh waktu sekitar 1 hingga 2 jam, apalagi jika yang bersangkutan sedang memiliki masalah karena akan lebih mudah untuk mengubah pola pikirnya.

“Dan itu saya buktikan bagaimana anak-anak Aceh terkesima lalu siap bergabung, siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk bergabung dengan kelompok kami pada saat itu yaitu Tanzim Al-Qaeda,” ujar Ustaz Sofyan Tsauri.

Sementara, Prof. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT, yang juga hadir dalam podcast Deddy Corbuzier, mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi radikal karena masalah multidimensi seperti ekonomi, pengetahuan, keadilan, merasa dikucilkan dan dendam.

“Sayangnya berapapun akar masalah semua itu dibungkus dengan bahasa tafsiran keagamaan bukan bahasa agama. Yang oleh kelompok radikal teroris global memanfaatkan media sosial untuk berselancar dan mencari generasi muda apapun profesinya,” kata Prof.  Irfan Indris.

Baca Juga: Teroris Serang Mabes Polri, Anggota DPR RI Cornelis: Saya Mengutuk Keras Aksi Terorisme!

Menurut Prof. Irfan Idris, ada 4 lapisan dalam terorisme ada yang disebut sympathizer yaitu orang-orang yang simpati kepada segala bentuk anarkis yang seolah-olah ada pembenaran dari agama, ada juga supporter orang yang mendukung aksi terorisme dengan materi.

Setelah itu ada yang namanya militant, yakni orang-orang yang rela melakukan apa saja yang dianggap benar misalnya menjadi pengantin bom bunuh diri dan terakhir adalah hardcore yang merupakan inti biasanya memiliki usia 50 tahun ke atas tugasnya membuat narasi-narasi yang menyesatkan dan mencuci otak.

Baca Juga: Teroris Serang Mabes Polri, Pengamat Terorisme Harits Abu Ulya: Bagaimana Bisa Masuk? Banyak Kejanggalan!

Ustaz Sofyan Tsauri menambahkan, kesulitan dalam menangani masalah terorisme karena adanya teori-teori konspirasi yang beredar di masyarakat membuat para teroris ini mendapatkan angin segar dengan mendapatkan pembelaan dari sebagian masyarakat yang menganggap apa yang terjadi adalah teori konspirasi pemerintah.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler