Indonesia Minim Daya Literasi, Berikut Rangakaian Penyebabnya

9 Desember 2023, 01:17 WIB
Ilustrasi literasi. /Pixabay/Thorsten F/

WARTA PONTIANAK – Literasi adalah suatu kegiatan membaca lalu menterjemahkannya dengan otak tentang apa isi bacaan yang dibaca lalu mengimplementasikannya.

Untuk mencapai kemampuan seperti itu seseorang perlu mempunyai empat keterampilan berbahasa secara simultan.

Keempat keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Unesco Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat daya literasi terendah yakni 0,001 persen.

Berikut beberapa penyebab daya literasi di Indonesia lemah versi Warta Pontianak :

  1. Peran keluarga serta karena kemiskinan

Keluarga sangat penting menjadi bagian untuk meningkatkan literasi. Adapun peran yang dimaksud ialah keluarga bisa memberikan kasih sayang, memberikan nasihat, dan diskusi tentang apa yang telah dilakukan anak.

Sebaliknya, jika hubungan dalam keluarga tidak harmonis, juga akan berdampak pada anak. Terkait dengan itu, peran orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan anak.

Tak hanya itu saja, kurangnya perhatian orang tua juga dapat memengaruhi kemampuan membaca, menulis, bernalar, dan juga berhitung.

  1. Minat baca yang minim

Minat dapat didefinisikan sebagai perasaan suka dan tertarik terhadap sesuatu. Sedangkan membaca, memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan aktivitas otak, menambah pengetahuan, dan mengasah daya ingat.

Baca Juga: 4 Tips Sebelum Membeli Buku Bacaan, Pegiat Literasi Wajib Mengetahui

Maka dari itu, dengan berkurangnya minat baca, berkurang pula sistem kerja otak dalam memahami suatu masalah.

  1. Massivenya kemajuan teknologi

Teknologi yang makin canggih ternyata turut meninggalkan budaya literasi di Indonesia. Orang-orang lebih suka bermain dengan gawai daripada membaca. Membaca jadi terasa menjemukan dibandingkan dengan bermain gawai.

Teknologi yang makin canggih juga diimbangi dengan media sosial yang makin banyak. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dan lainnya memungkinkan Anda membaca berita palsu. Sebetulnya, berita hoax tersebut dapat diperangi dengan budaya literasi.

Baca Juga: Menkumham Tekankan Pentingnya Literasi Keagamawan Lintas Budaya

  1. Enggan Mengembangkan Gagasan

Literasi tidak hanya membaca, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Bagaimana dapat terampil menulis jika jarang membaca? Menulis membutuhkan kosakata yang akan diperoleh dari membaca.

Setelah memiliki bahan untuk menulis, tantangan selanjutnya adalah mengembangkan gagasan. Hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup untuk pengendapan ide. Proses itulah yang biasanya membuat orang malas menulis. ***

Editor: Yuniardi

Sumber: Rifqi Al Furqon

Tags

Terkini

Terpopuler