Israel Peringatkan AS soal Membuka Konsulat Kembali di Yerusalem

2 September 2021, 16:45 WIB
Rencana AS untuk membuka kembali konsulatnya di Yerusalem untuk memulihkan hubungan dengan Palestina mendapatkan kecaman dari Israel. /Reuters/Kevin Lamarque

WARTA PONTIANAK - Israel mengkonfirmasi, bahwa rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuka kembali konsulatnya di Yerusalem adalah "ide yang buruk" dan dapat mengacaukan pemerintahan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengisyaratkan dukungan untuk klaim Israel atas Yerusalem sebagai ibu kotanya dengan memindahkan kedutaan AS di sana dari Tel Aviv dan menutup konsulat, yang secara tradisional menjadi basis penjangkauan diplomatik ke Palestina.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Donald Trump tersebut justru membuat marah para pemimpin Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan.

Untuk itulah, pemerintahan Presiden Joe Biden berjanji untuk memulihkan hubungan AS dengan Palestina dan mendukung solusi dua negara. Pada bulan Mei 2021 lalu, Menteri Luar Negeri Antony Blinked mengumumkan bahwa AS akan membuka kembali konsulat, yang telah ditutup sejak 2019 lalu.

Baca Juga: China Peringatkan Hubungan Buruk dengan AS Dapat Membahayakan Kerjasama Iklim

Konsulat, yang terletak di Yerusalem Timur yang diduduki, telah lama menjabat sebagai kantor otonom yang mengawasi hubungan diplomatik antara AS dengan Palestina.

“Kami pikir itu ide yang buruk,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada konferensi pers ketika ditanya tentang pembukaan kembali kantor konsulat AS seperti dikutip Aljazeera, Kamis 2 September 2021. 

“Yerusalem adalah ibu kota berdaulat Israel dan Israel saja, dan oleh karena itu, kami pikir itu bukan ide yang bagus. Kami tahu bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden memiliki cara berbeda dalam melihat ini, tetapi karena itu terjadi di Israel, kami yakin mereka mendengarkan kami dengan sangat hati-hati," tambahnya.

Sementara, Wasel Abu Youssef, seorang pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina mengatakan, bahwa penolakan Israel terhadap pembukaan konsulat memang diharapkan mereka, agar berusaha mempertahankan status quo dan memblokir solusi politik apa pun.

Baca Juga: 2 Tewas dan Puluhan Orang Terluka saat Jalan Raya Mississippi Runtuh Akibat Badai Ida

Ditanya tentang pernyataan Yair Lapid, seorang juru bicara kedutaan AS mengatakan, seperti yang diumumkan Menteri Blinken pada bulan Mei 2021 lalu, Amerika Serikat akan bergerak maju dengan proses untuk membuka kembali konsulatnya di Yerusalem.

"Kami tidak memiliki informasi tambahan untuk dibagikan saat ini, selain informasi pembukaan konsulat AS," ujarnya.

Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kota yang tidak terbagi dan status yang tidak diakui secara internasional.

Sebelumnya, Israel telah merebut timur kota, bersama dengan Tepi Barat dan Gaza, dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah menduduki wilayah tersebut sejak saat itu.

Baca Juga: 11 Gerilyawan Negara Islam di Pakistan Tewas saat Digerebek Pasukan Unit Kontra Terorisme

Bennett, seorang nasionalis di atas koalisi lintas-partisan, menentang kenegaraan Palestina. Pembukaan kembali konsulat dapat meresahkan pemerintahan Naftali Bennett yang mengakhiri masa jabatan Perdana Menteri jangka panjang Benjamin Netanyahu.

“Kami memiliki struktur pemerintah kami yang menarik, namun rapuh dan kami pikir ini mungkin membuat pemerintah ini tidak stabil dan saya tidak berpikir pemerintah AS menginginkan ini terjadi,” kata Yair Lapid.

Menurutnya, perpecahan diantara warga Palestina juga menimbulkan keraguan tentang prospek diplomasi.

“Saya sangat percaya pada solusi dua negara, tetapi kita harus mengakui fakta bahwa ini tidak layak dalam situasi saat ini," ujarnya.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler