Donald Trump Disebut Meracuni Demokrasi AS

14 November 2020, 00:00 WIB
Pejabat AS menyangkal tuduhan Donald Trump tentang kecurangan pemungutan suara di Pilpres 2020. //Instagram/ @realdonaldtrump /

WARTA PONTIANAK - Donald Trump dan para pejabat dari Partai Republik menuduh adanya kecurangan dalam pemungutan suara yang menyebabkan dia kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS 2020 minggu lalu.

Namun, para pejabat AS mengaku tak melihat adanya kecurangan dalam sistem pemungutan surat suara di pilpres AS 2020.

Seorang pejabat tinggi di Demokrat juga menyebut Partai Republik dan Trump telah 'meracuni' demokrasi AS.

Sebagaimana diberitakan oleh Pikiran-Rakyat.com dalam artikel Masih Enggan Akui Kemenangan Joe Biden, Donald Trump Disebut 'Meracuni' Demokrasi AS yang dikutip dari Aljazeera, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, 12 November 2020 kemarin, pejabat senior di AS menolak klaim penipuan Trump.

"Pemilu 3 November adalah yang paling aman dalam sejarah Amerika," ujarnya.

Baca Juga: Tiongkok Akhirnya Beri Ucapan Selamat kepada Joe Biden

Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah Trump lagi-lagi berteriak 'curang' di media sosial dan mengklaim sistem pemungutan 'menghapus' 2,7 juta suara untuknya.

Sanggahan juga dilontarkan oleh pejabat di Dewan Koordinasi Pemerintah Infrastruktur Pemilu, sebuah kelompok payung publik-swasta yang berada di bawah Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA).

"Tidak ada bukti bahwa sistem pemungutan suara menghapus atau kehilangan suara, mengubah suara, atau dengan cara apa pun dikompromikan," ujar mereka.

Kendati ada beberapa isu yang beredar terkait kecurangan di pemilu kemarin, mereka mengatakan tetap memberikan kepercayaan pada sistem pemungutan suara.

"Meskipun kami tahu ada banyak klaim dan peluang yang tidak berdasar untuk informasi yang salah tentang proses pemilihan kami, kami dapat meyakinkan Anda bahwa kami memiliki kepercayaan penuh dalam keamanan dan integritas pemilihan kami, dan Anda juga harus melakukannya," sambungnya.

Baca Juga: Duterte Tak Berani Usir Militer AS dari Filipina

Pernyataan itu disetujui oleh kepala Asosiasi Nasional Direktur Pemilihan Negara Bagian dan Asosiasi Nasional Sekretaris Negara, sebuah intansi yang mengelola pemilihan di tingkat negara bagian, dan juga oleh ketua Komisi Bantuan Pemilu AS.

Diketahui, hingga saat ini sebagian besar legislator Partai Republik belum mengakui kemenangan Joe Biden atas Donald Trump.

Seorang Legislator Demokrat, Chuck Schumer menyebut mereka 'menyangkal kenyataan' dan 'mengikuti audisi untuk profil dalam kepengecutan'.

"Alih-alih bekerja untuk menarik negara kembali bersama sehingga dapat melawan musuh bersama kita Covid-19, Partai Republik di Kongres menyebarkan teori konspirasi, menyangkal kenyataan dan meracuni sumur demokrasi kita," katanya.

Tak hanya mengklaim 2,7 juta suaranya 'dihapus', Trump menuduh bahwa ratusan ribu suara di Pennsylvania dan negara bagian lain telah dipindahkan dari dirinya ke Biden.

Baca Juga: Penebang Pohon di Arab Saudi akan Didenda Rp114 Miliar, Cabut Tumbuhan Dipenjara 10 Tahun

Itu adalah tuduhan Trump yang terbaru dari serangkaian pernyataan untuk menolak kemenangan Biden.

Legislator Partai Republik, Mitch McConnell telah berdiri teguh dengan Trump yang menolak kemenangan Biden sebagai Presiden AS mendatang.

Ketua DPR dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi menuntut Partai Republik untuk menghentikan tuduhan-tuduhan yang ia sebut 'sirkus absurd' tersebut.

Dirinya juga mengimbau agar mereka bekerja sama dalam memerangi pandemi virus corona baru (Covid-19) di AS.

"Sekarang setelah orang-orang mengungkapkan pandangan mereka, Joe Biden telah menang dan Kamala Harris akan menjadi wakil presiden wanita pertama Amerika Serikat," tutur Pelosi.***

Editor: Suryadi

Sumber: Pikiran Rakyat Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler