Ekonom sebut Israel Menghadapi Krisis Ekonomi Parah Jika Terus Bombardir Warga Gaza

- 18 November 2023, 17:16 WIB
Ilustrasi bendera Israel
Ilustrasi bendera Israel /Pixabay/

Baca Juga: Sebut Netanyahu Sudah Mati, Presiden Erdogan Nyatakan Israel adalah Negara Teroris

Selain itu, seruan terhadap 360.000 tentara cadangan, yang dipekerjakan di berbagai pekerjaan, telah melemahkan perusahaan dan membuat kelangsungan bisnis mereka yang menghasilkan keuntungan menjadi sulit.

“Perang ini akan menimbulkan biaya tambahan dibandingkan dengan dua konfrontasi (sebelumnya) juga karena partisipasi besar-besaran dari pasukan cadangan, yang dimasukkan ke dalam pasar tenaga kerja pada waktu normal namun akan mangkir dari pekerjaan mereka selama perang,” kata Strawczynski.

“Jika perang berkepanjangan, dampak kekurangan sumber daya manusia akan berdampak besar pada perekonomian ‘Israel’,” tambahnya.

Sementara itu, pariwisata, sebuah sektor yang dianggap menyumbang 3 persen PDB ‘Israel’ dan secara tidak langsung menyediakan 6 persen total lapangan kerja, juga terkena dampak yang fatal. Pantai di Tel Aviv dan jalan berbatu di kota tua Yerusalem, yang merupakan tempat wisata utama, keduanya masih kosong.

Cacatan lain menunjukkan sejak awal perang, setidaknya 126.000 warga Zionis dari negara tetangga Gaza dan Lebanon selatan pindah ke tempat lain dan ditempatkan di hotel dan pusat komunitas. Diperkirakan juga 250.000 penduduk ilegal ‘Israel’ meninggalkan koloni tersebut ke tempat lain di mana mereka memiliki kewarganegaraan aslinya.

Situasi ini berdampak besar terhadap dunia usaha di koloni penghuni liar, dimana 61.000 penghuni liar mengambil cuti tanpa dibayar.

Selain itu, ladang gas alam Tamar yang dioperasikan oleh Chevron ikut ditutup karena kekhawatiran akan serangan roket dari pejuang Palestina. Diperkirakan penutupan ladang ini akan merugikan perekonomian ‘Israel’ sebesar $200 juta untuk setiap bulan penutupannya.

Dalam upaya putus asa untuk menghindari risiko aksi industrial yang dilakukan oleh 60.000 pekerja konstruksi Palestina yang merupakan tulang punggung industri konstruksi ‘Israel’, negara ilegal tersebut kini berencana untuk mendatangkan pekerja dalam jumlah yang cukup dari Asia Tenggara untuk menggantikan mereka.

Industri teknologi ‘Israel’ sudah mengalami kesulitan sebelum perang. Meskipun biasanya menyumbang 48 persen ekspor ‘Israel’, dan menghasilkan rekor $21 miliar pada tahun 2021, jumlah tersebut berkurang setengahnya pada tahun 2022.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah