500 Hektare Lahan Perusahaan di Kalbar Sengaja Dibakar, Gubernur Sutarmidji: Saya Akan Lapor Presiden

1 Maret 2021, 17:20 WIB
Gubernur Kalbar, Sutarmidji /Yapi Ramadhan/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengatakan, lebih dari 500 hektare lahan perusahaan di Kalimantan Barat diduga sengaja dibakar.

“Ada beberapa perusahaan yang terpantau titik api. Bahkan ada yang lebih dari 500 hektare. Ini pasti dibakar. Ini perusahaan besar, dia pikir kita takut sama dia,” kata Sutarmidji saat diwawancarai di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin 1 Maret 2021.

Untuk itu, Gubernur Sutarmidji akan segera melapor ke Presiden Republik Indonesia mengenai perusahaan yang membakar lahan secara luas.

Baca Juga: Januari-Maret 2021, Polda Kalbar Tangani 6 Kasus Karhutla

“Perusahaan ini termasuk perusahaan besar, dia pikir saya takut sama dia, karena dia perusahaan yang punya link kemana mana, tidak ada urusan itu. Saya akan lapor ke presiden, mereka jangan macam-macam. Kita capek capek mengurusnya, tahu-tahu mereka berulah,” tegasnya.

Dirinya menuturkan, salah satu faktor besarnya lahan perusahaan yang terbakar lantaran konsesi ke perkebunan tidak teratur.

“Kalau milik masyakarkat bisa kita padamkan semua. Namun kalau yang sudah besar kayak di perkebunan, tentu susah untuk memadamkannya. Ini dikarenakan amburadulnya dalam memberi konsesi lahan perkebunan,” jelasnya.

Baca Juga: Karhutla di Pontianak, Polresta Intens Kejar Tersangka Lain

Ditambahkannya, ada tiga perusahan di Kabupaten Mempawah yang menimbulkan kebakaran lahan yang besar.

“Kalau misalnya kabupaten tegas dengan perusahaan itu, tidak kayak gini. Dan sebenarnya titik api tidak banyak, kalau tidak salah saya di Mempawah itu ada tiga perusahaan yang besar. Makanya, Saya akan menyurati Presiden guna melapor kondisinya kayak gini, ulahnya ulah perusahaan,” tutupnya.

Sayanganya, Gubernur Kalimantan Barat enggan untuk menyebutkan nama 3 perusahaan besar yang ada di Kabupaten Mempawah tersebut. ***

Editor: Yuniardi

Tags

Terkini

Terpopuler