11 Pelajar SMP Pilih Menikah Muda karena Terlalu Lama Tak Masuk Sekolah

7 April 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi nikah muda. /Pixabay/nihan quzel dastan

WARTA PONTIANAK - Akibat ketakutan pemerintah terhadap virus Covid-19 menyebabkan sekolah-sekolah di negeri ini dilarang untuk beraktivitas, hal ini membuat seluruh siswa terpaksa mengikuti belajar dengan sistem online.

Baca Juga: Harga Terbaru TBS Sawit Riau Periode 7-13 April 2021 Turun Rp120,23 Per Kilogram

Akibat terlalu lama tidak masuk sekolah, 11 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di kabupaten Bone Bolango, provinsi Gorontalo dikabarkan menikah muda.

Bupati Bone Bolango Provinsi Gorontalo Hamim Pou mengaku terkejut dengan penemuan 11 pelajar SMP yang memilih menikah muda tersebut karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah. 

"Mereka kawin muda, padahal tidak boleh itu. Ada 11 siswa SMP di Bone Bolango ini sudah kawin," katanya Rabu 7 April 2021.

Menurut Undang-undang Perkawinan, katanya usia pernikahan itu sudah diatur dan ditentukan batas minimal umur perempuan dan laki-laki berapa tahun.

"Kalau menikah di usia atau umuran SMP, tentu ini melanggar UU Perkawinan tersebut," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Gadis yang Diikuti Sosok Hantu Selama 1 Tahun Lebih usai Mendaki Gunung Gede

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menyebutkan bahwa batas minimal usia untuk melakukan perkawinan bagi wanita dan pria yaitu 19 tahun.

Hamim pun merasa khawatir kalau pembelajaran tatap muka di sekolah tidak kunjung dibuka, maka akan banyak terjadi siswa-siswi yang kawin muda atau tidak kawin tapi ada perempuan-perempuan yang melahirkan dan tidak diketahui siapa ayahnya.

"Tidak ada tanggung jawabnya. Mereka hanya pukul lari atau coba-coba dan sebagainya," ujar Hamim.

Ia menuturkan di dunia khususnya di Asia, Indonesia salah satu negara yang hingga kini belum melakukan pembelajaran secara tatap muka.

Baca Juga: Sudah Melorotkan Celana Dalam, Wanita Cantik Ini Tiba-tiba Melihat Sesuatu di Plafon Toilet

Olehnya ia mendorong pembelajaran tatap muka ini cepat-cepat dilakukan, karena sudah terlalu lama, dan dikhawatirkan semakin menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Makanya saya ingin kita di sini bisa berembuk dan bagaimana sikap Pemda terkait rencana pembukaan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi COVID-19 ini. Tentu yang utama adalah tetap mengedepankan dan memperhatikan protokol kesehatan," jelasnya.

Hamim menambahkan di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti itu, akan timbul pertanyaan besar. Kalau dibuka pembelajaran tatap muka, bagaimana dengan ketersediaan vaksinnya. Sejauh mana vaksin untuk pendidik dan tenaga kependidikan.

Baca Juga: 4 WNA dan 9 WNI Divonis Hukum Mati karena Terbukti Selundupkan 359 Kg Sabu

"Jadi harus kita ketahui berapa banyak datanya, sudah berapa banyak yang divaksin. Ini yang harus kita ketahui, kemudian bagaimana pembelajaran di tengah pandemi ini, dan bagaimana kesiapan institusi pendidikan," kata Hamim.***

Editor: Faisal Rizal

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler