Ketakutan akan Dampak AI dalam Kehidupan Manusia, Begini Penjelasan Filsuf Teknologi

- 21 Mei 2023, 00:43 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI /ThisIsEngineering/Pexels

Gerakan antinuklir memperoleh momentum ketika terjadi kecelakaan di Three Mile Island pada tahun 1979 di Amerika Serikat atau kehancuran di Chernobyl pada tahun 1986. Insiden-insiden itu semakin menyebarkan ketakutan dan kekhawatiran di antara sebagian penduduk. Energi nuklir menjadi bahan perdebatan di Jerman selama beberapa dekade, hingga kecelakaan di Fukushima di Jepang pada tahun 2011, yang akhirnya membuat pemerintah Jerman memutuskan untuk menghentikan pemakaiannya.

Baca Juga: Peninggalan Zaman Turki Kuno, Patung Batu Melambangkan Sosok Perempuan Ditemukan di Kazakhstan

Sementara di beberapa bagian dunia, energi nuklir masih dipandang sebagai alternatif yang baik sebagai pengganti bahan bakar fosil, di beberapa negara hal itu menimbulkan kecemasan.

"Ketika kita berpikir tentang mengapa orang-orang khawatir tentang energi nuklir, kita dapat menunjuk pertanyaan tentang limbah nuklir ke Chernobyl atau Fukushima. Dengan kata lain, ke situasi buatan manusia atau yang bergantung pada alam dengan kegagalan teknologi dan masalah teknis yang belum terpecahkan," kata Vater.

Namun kedua akademisi ini melihat kisah sukses demokrasi dalam perdebatan energi nuklir. Vater menekankan bahwa masyarakat, jika tidak ingin menjadi teknokratis, ingin tetap menjadi demokrasi partisipatif, yang bergantung pada niat baik, pengertian dan dukungan dari anggota masyarakatnya.

Trischler menyimpulkan bahwa sesuatu dapat muncul dari perdebatan tentang skeptisisme teknologi. Ia menambahkan, bahwa ini adalah persoalan tentang perjuangan masyarakat untuk menentukan dan bernegosiasi bersama atas sesuatu.

Baca Juga: Menakjubkan Penampakannya! Jalan Kuno dalam Air Berusia 7 Ribu Tahun Ditemukan Arkeolog di Kroasia

Manusia versus mesin?

Betapa tipisnya garis antara niat baik dan skeptisisme, dukungan dan penolakan, diilustrasikan oleh perdebatan saat ini tentang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ilmuwan komputer dan kognitif Amerika John McCarthy menciptakan frasa kecerdasan buatan pada tahun 1956 untuk menggambarkan disiplin ilmu komputer, dengan tujuan menciptakan mesin dengan kemampuan intelektual seperti manusia.

Setelah beberapa dekade perkembangan di bidang AI, perdebatan tentang topik tersebut akhir-akhir ini terfokus pada antara lain, chatbot ChatGPT yang dirilis pada November 2022 yang langsung memicu kontroversi. Pada Maret 2023, Italia merespons dengan menjadi negara pertama yang memblokir perangkat lunak tersebut, setidaknya untuk sementara. Sekarang diizinkan lagi, tetapi usia penggunanya dibatasi.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x