Ketakutan akan Dampak AI dalam Kehidupan Manusia, Begini Penjelasan Filsuf Teknologi

- 21 Mei 2023, 00:43 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI /ThisIsEngineering/Pexels

Fakta bahwa penemuan teknologi dapat menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan atas teknologi dapat dilihat pada contoh rel kereta api. Orang-orang pada awalnya skeptis atas teknologi ini.

Sekitar 200 tahun setelah penemuan, barulah kereta api diterima sebagai bentuk transportasi orang dan barang di seluruh dunia dan menjadi bagian dari tatanan masyarakat modern. Namun di masa-masa awalnya, sebagian kalangan menganggap rel kereta api sebagai karya setan. Mengapa demikian?

Baca Juga: Luncurkan Stasiun Luar Angkasa Komersil, Vast akan Bermitra dengan SpaceX

Kereta api untuk publik pertama di dunia diresmikan di Inggris pada tahun 1825. Setelah itu, lokomotif uap melaju dengan cepat, berisik dan berasap saat melintasi Eropa. Hal itu menyebabkan ketakutan terhadap kereta api dan apa yang dikenal di Jerman sebagai "Eisenbahnkrankheit" atau "penyakit kereta api”. Hal ini diduga disebabkan oleh kecepatannya hingga 30 km per jam, yang dulu dianggap cepat dan getarannya yang menggetarkan tulang saat duduk di gerbong kereta.

Bahkan ketika jaringan kereta api tumbuh di seluruh Inggris, kritik terhadap moda transportasi ini tetap kuat. Trischler mengatakan reaksi ini benar-benar dapat dimengerti dalam konteks zamannya.

Kemajuan teknologi memerlukan reorientasi, yang dapat memicu ketakutan yang membuat orang bereaksi dengan prognosis dan ketakutan yang mengerikan.

"Bagaimanapun, hal yang baru membangkitkan emosi. Teknologi pada dasarnya selalu dikaitkan dengan emosi," jelasnya.

Baca Juga: Patung Kuno Dewa Mesir dan Romawi Ditemukan di Polandia, Arkeolog Berikan Penjelasan Ini

Namun tidak setiap penemuan teknologi pasti menimbulkan emosi negatif. Misalnya, ketika energi nuklir masih baru, sikapnya berbeda. Reaktor riset Jerman pertama dibangun di München pada tahun 1957, dan empat tahun kemudian, energi nuklir dimasukkan ke dalam jaringan listrik di negara itu untuk pertama kalinya. Pada tahun 1960-an, energi nuklir dipandang sebagai alternatif yang murah dan bersih dibanding minyak dan batu bara. Bahkan menjadi harapan akan kebangkitan industri baru.

Suara-suara kritis pertama tumbuh keras di Jerman pada tahun 1975, ketika lokasi pembangunan pembangkit nuklir yang direncanakan diduduki oleh para pengunjuk rasa. Kritikus di Kota Wyhl, barat daya Jerman memperingatkan tentang perubahan iklim, penurunan permukaan air tanah, dan kemungkinan masalah keamanan sehubungan dengan pembangkit nuklir.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x