Network
WARTA PONTIANAK – Sutan Sjahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.
Ia lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909. Ayahnya, Mohammad Rasjad, adalah seorang penasehat Sultan Deli dan kepala jaksa di Medan. Ibunya, Puti Siti Rabiah, adalah putri dari seorang bangsawan Minangkabau.
Sjahrir menempuh pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), dan AMS (Algemeene Middelbare School) di Bandung. Setelah lulus dari AMS, ia melanjutkan studinya di Universitas Leiden, Belanda, di jurusan hukum dan ilmu politik.
Selama di Belanda, Sjahrir aktif dalam pergerakan nasional Indonesia. Ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI), sebuah organisasi mahasiswa Indonesia yang beraliran sosialis. Di PI, Sjahrir bertemu dengan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia lainnya, seperti Mohammad Hatta, Soekarni, dan Iwa Kusumasumantri.
Pada tahun 1932, Sjahrir lulus dari Universitas Leiden dan kembali ke Indonesia. Ia langsung terjun ke dunia politik dan menjadi salah satu pemimpin utama dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1939, ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Sjahrir ditangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Namun, ia berhasil melarikan diri dan bergabung dengan kelompok-kelompok perlawanan bawah tanah.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Sjahrir diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia pertama. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri selama dua periode, yaitu dari tahun 1945 hingga 1947 dan dari tahun 1948 hingga 1949.
Baca Juga: Sambut Hari Ibu, Dinsos P3AKB Bersama TP PKK Sanggau Ziarah ke Makam Pahlawan
Selama masa kepemimpinannya, Sjahrir menerapkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada demokrasi dan sosialisme. Ia juga berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara Barat.
