Salah Satunya Dilakukan dengan Ikhlas, Ini Lima Tanda Taubat Diterima Allah

12 Juli 2022, 18:55 WIB
Ilustrasi tanda-tanda taubat diterima Allah /Alena Darmel/Pexels

WARTA PONTIANAK - Dosa adalah perbuatan yang paling di benci Allah, sehingga dengan dosa yang  dibuat seorang manusia tidak akan dapat masuk ke surga yang diimpikan.

Namun, manusia tak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Kadang tanpa sadar mulut dan tindakan kita melakukan suatu kemaksiatan. Atau mungkin dengan sadar mulut dan tindakan kita tidak sengaja melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Ketika kita berbuat salah, tentu kita harus segera memperbaiki kesalahan tersebut dengan bertaubat. Sebab, Allah itu maha pengasih dan penyayang yang selalu menerima taubat hamba-hambanya.

Baca Juga: Bukan Musyrik atau Bid’ah, Ternyata Ini Alasan Mengapa Ada Larangan Perayaan pada Bulan Asyura

Meski demikian, jika kita telah bertaubat, apakah bisa memahami tanda-tanda taubat kita diterima oleh Allah SWT?

Untuk mengulas apakah taubat kita diterima oleh Allah SWT, sebelumnya kita bahas terlebih dahulu, ada dua  hal yang perlu kita bedakan terkait nilai amal, yakni:

1. Syarat sah amal

Manusia bisa mengukur, karena ini sifatnya dzahir. Seseorang bisa mempelajari apa saja syarat sah amal tersebut, sehingga mereka bisa menilai, apakah amal yang dia kerjakan telah diterima atau tidak. Lantas, kapan sebuah amal bernilai sah?

Tentu saja ketika amal itu memenuhi semua ketentuannya. Memenuhi syarat, rukun, dan wajibnya, serta tidak ada unsur pembatalnya. Kita telah memenuhi syarat, rukun, dan wajib salat serta tidak melakukan pembatal salat.

Baca Juga: Dosa Sebanyak Buih Lautan Diampuni Allah, Begini Keutamaan Salat Dhuha Jika Dikerjakan

2. Diterimanya amal

Diterimanya amal manusia, tidak ada satupun manusia yang tahu. Karena ini semua kembali kepada Allah, Zat yang kita sembah. Jangankan manusia biasa, sampaipun para nabi, mereka tidak mengetahui apakah amalnya diterima atau tidak.

Nabi Ibrahim ‘alaihis shalatu was salam, ketika beliau membangun ka’bah, beliau tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak. Sehingga beliau selama membangun ka’bah, banyak membaca doa berikut.

“Ya Rab kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Zat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. al-Baqarah: 127)

Wuhaib bin al-Warad ketika membaca ayat ini, beliau mengatakan:

“Wahai Ibrahim, Khalilurrahman, anda membangun dinding ka’bah, sementara anda takut amal anda tidak diterima…”(Tafsir Ibnu Katsir, 1/427).

Karena itulah, terkait masalah diterimanya amal, manusia hanya bisa berharap. Memohon kepada Allah agar amalnya diterima oleh Allah. Tugas hamba adalah beramal sebaik mungkin, dan memastikan amalnya sah. Apakah amalnya diterima atau tidak, hamba hanya bisa berharap dan tidak bisa memastikan.

Baca Juga: Ini Sosok yang Kembali Menemukan Sumur Air Zamzam setelah Dinyatakan Hilang Selama Berabad-abad

Taubat termasuk diantara bentuk amal. Adapun, lima syarat sah apakah taubat yang kita lakukan diterima adalah sebagai berikut :

1. Ikhlas, artinya dia bertaubat karena dorongan untuk beribadah kepada Allah
2. Al-Iqla (melepaskan), maksudnya adalah melepaskan dosa yang dia taubati
3. An-nadam (menyesal), orang yang bertaubat harus benar-benar menyesali dosa yang dia taubati.
4. Al-azm (tekad), orang yang bertaubat harus memiliki tekad untuk tidak mengulang kembali dosanya.
5. Taubatnya dilakukan sebelum ditutupnya kesempatan taubat, yaitu ketika ruh sudah di tenggorokan atau matahari telah terbit dari barat.

Dan jika dosa itu terkait kedzaliman antar sesama hamba, maka dia harus menyelesaikannya. Bisa dengan minta direlakan atau mengembalikan bentuk kedzaliman itu.

Ketika lima unsur di atas ada pada saat orang itu bertaubat maka taubatnya sah. Lantas, apakah taubatnya langsung diterima?

Allahu a’lam, kita hanya bisa berharap agar taubatnya diterima, dan mengiringi taubatnya dengan amal soleh. Karena itulah, dalam banyak ayat, Allah mengajarkan agar mereka yang bertaubat, mengiringi taubatnya dengan berbuat ishlah atau engadakan perbaikan.

Diantaranya, firman Allah :

“Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Ali Imran: 89)

Maksud mengadakan perbaikan di atas berarti berbuat baik untuk menghilangkan akibat jelek dari kesalahan yang pernah dilakukan. Allahu’alam.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler