Fenomena 'Fatherless' di Indonesia dan Dampaknya bagi Anak

- 3 April 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi ayah dan anak.
Ilustrasi ayah dan anak. /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Seorang anak yang tumbuh bersama ibunya tanpa kehadiran ayah baik secara fisik atau psikologi dikenal dengan nama fatherless.

Faktor munculnya fatherless dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya perceraian, kematian ayah, pemisahan karena masalah dalam hubungan pernikahan, atau masalah kesehatan.

Jika dibandingkan dengan single mother atau broken home, fatherlees seperti asing terdengar.

Baca Juga: 7 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Diantaranya Indonesia

Namun sebenarnya, di Indonesia, fenomena ini cukup besar jumlahnya, hanya saja tidak terlihat secara kasat mata. Bahkan miris, Indonesia berada di urutan ketiga di dunia sebagai negara tanpa ayah atau sering disebut fatherless country.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti mengungkapkan, fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan. 

Baca Juga: Junta Myanmar Blokir Internet, Jumlah Korban Tewas Mencapai 550 Orang

Fenomena fatherless ini disebabkan karena tingginya peran ayah yang hilang dalam proses pengasuhan anak. Krisis peran pengasuhan dari ayah seringkali disebabkan oleh peran gender tradisional yang masih diyakini oleh masyarakat Indonesia.

“Reduksi peran gender tradisional memosisikan ibu sebagai penanggung jawab urusan domestik dan ayah sebagai penanggung jawab urusan nafkah masih melekat di masyarakat. Padahal, tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh kehadiran dari kedua orang tuanya dalam pengasuhan,” jelasnya.

Baca Juga: Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Ayah dari Komedian Sinyorita Esperanza Meninggal Dunia

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Seqara Communications


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah