3000 Warga Myanmar Kabur ke Perbatasan, Perdana Menteri Thailand : Kami Siap Melindungi!

30 Maret 2021, 20:48 WIB
Kudeta militer Myanmar /Dok.Reuters/

WARTA PONTIANAK - Diperkirakan 3.000 orang Myanmar telah melarikan diri melalui hutan untuk mencari berlindung dari serangan Militer Myanmar.

Orang Myanmar tersebut melarikan diri melintasi perbatasan antara Myanmar dan Thailand, dikabarkan kelompok lokal.

Dilansir dari Aljazeera, pada hari Selasa, 30 Maret 2021 sebuah kapal yang membawa lebih dari selusin orang diizinkan untuk berlabuh di desa Mae Sam Laep di Thailand, dikabarkan oleh seorang pejabat kesehatan.

Tetapi pejabat kesehatan lain di daerah itu mengatakan bahwa, tentara Thailand telah mengirim kembali sebagian besar dari mereka yang melarikan diri dari Myanmar karena menganggap situasi di perbatasan lebih aman.

Baca Juga: Kudeta Militer Myanmar, Inggris Jatuhkan Sanksi Tambahan

Warga desa Myanmar Kyaw Lar Bri (48), mengatakan bahwa dia terkena pecahan bom dari serangan udara yang dilakukan militer Myanmar pada hari Sabtu, 27 Maret 2021 sebelum mereka melarikan diri ke hutan dan kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai ke Mae Sam Laep bersama dengan enam orang lainnya yang terluka.

“Di sana masih belum aman dan warga desa tidak berani kembali ke desa,” ujarnya.

Beberapa orang terlihat memiliki memar besar di punggungnya dengan luka terbuka, menurut seorang staf medis cedera tersebut disebabkan oleh ledakan, sementara seorang wanita tampak memiliki luka memar dan lecet di wajahnya.

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Tak Henti Berdemonstrasi Akibat Kudeta Militer Myanmar

Aktivis menuduh pihak berwenang Thailand mendorong para pengungsi kembali, tetapi Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha membantah klaim tersebut dan mengatakan pemerintahnya siap untuk melindungi siapa pun yang melarikan diri dari pertempuran.

“Belum ada pengungsi yang masuk. Kami bertanya kepada mereka yang menyeberang ke Thailand apakah mereka memiliki masalah di daerah mereka,” ungkap Prayuth.

“Saat mereka mengatakan tidak masalah, kami hanya meminta mereka untuk kembali ke tanah mereka, kami tidak menggunakan kekuatan apa pun dan siap menolong orang yang terluka," lanjut Prayuth.

Sementara itu, polisi Thailand mengatakan mereka telah mencegat 10 paket yang berisi 112 granat dan 6.000 butir amunisi di provinsi utara Chiang Rai yang ditujukan ke kota perbatasan terkenal di Myanmar, Tachileik.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Akan Jatuhkan Sanksi Atas Kudeta Militer Myanmar

Militer Myanmar selama beberapa dekade membenarkan cengkeramannya pada kekuasaan dengan mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya institusi yang mampu menjaga persatuan nasional.

Ia merebut kekuasaan dengan mengatakan bahwa pemilihan November 2020 yang dimenangkan oleh partai Peraih Nobel Aung San Suu Kyi adalah penipuan, dan pernyataan tersebut dibantah oleh komisi pemilihan.

Tetapi, kritik asing dan sanksi Barat telah gagal mempengaruhi para jenderal militer Myanmar.

Dikabarkan, Aung San Suu Kyi tetap ditahan di lokasi yang dirahasiakan dan banyak tokoh lain di partainya juga ditahan oleh militer Myanmar.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler