Carmen Bambach, seorang spesialis seni Italia dan kurator di Metropolitan Museum of Art New York, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebut penelitian ini sangat menarik dan mengatakan bahwa wawasan baru yang terbukti secara ilmiah mengenai teknik melukis Leonardo adalah berita yang sangat penting bagi dunia seni dan masyarakat global kita yang lebih besar.
Menemukan plumbonacrite dalam Mona Lisa membuktikan semangat Leonardo yang penuh gairah dan eksperimen terus-menerus sebagai seorang pelukis, itulah yang menjadikannya abadi dan modern, kata Bambach melalui email.
Baca Juga: Mengaku Sempat Dianiaya, Pekerja Palestina yang Diusir Israel dari Negaranya Tiba di Tepi Barat
Fragmen cat lapisan dasar Mona Lisa yang dianalisis hampir tidak terlihat dengan mata telanjang, tidak lebih besar dari diameter rambut manusia, dan berasal dari tepi kanan atas lukisan.
Para ilmuwan mengamati struktur atomnya menggunakan sinar-X dalam sinkrotron, sebuah mesin besar yang mempercepat partikel hingga hampir mencapai kecepatan cahaya. Hal ini memungkinkan mereka mengungkap susunan kimiawi bintik tersebut. Plumbonacrite adalah produk sampingan dari timbal oksida, sehingga para peneliti dapat mengatakan dengan lebih pasti bahwa Leonardo kemungkinan menggunakan bubuk tersebut dalam resep catnya.
“Plumbonacrite benar-benar merupakan sidik jari dari resepnya,” kata Gonzalez. “Ini pertama kalinya kami benar-benar dapat memastikannya secara kimiawi.”
Setelah Leonardo, master Belanda Rembrandt mungkin menggunakan resep serupa ketika ia melukis pada abad ke-17, Gonzalez dan peneliti lain sebelumnya juga menemukan plumbonacrite dalam karyanya.***